Rosulullah
memadu asmara halal dengan gadis cantik bernama Aisyah, wanita ayu yang dilahirkan empat tahun sebelum Nabi SAW
diutus menjadi seorang rosul. Sang gadis itu bermain lincah berlincah main
ketika masa kanak-kanak, kelincahan itu
bagai bibit yang melincahkan daya pikir dan daya ingat Ibunda Aisyah semasa
depannya.
Dua
tahun setelah ibunda Khodijah wafat tersapa wahyu dari Allah agar sang Nabi
menikahi si anak riag Aisyah. Wahyu itu tersampaikan melalui selembar sutra
yang dibawa malaikat jibril lewat senafas mimpi. “Ini adalah istrimu”, ucap
Jibril. Lalu sang Nabi menjawab dengan lisan ketaatan, dengan bibir ketundukan,
“Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana”.
Aisyah
yang saat itu belum genap berusia sepuluh tahun dipinang oleh baginda
rosulullah, kaum masa kini yang bersahabat dengan kebodohannya menjadikan
pernikahn beda usia ini sebagai bulan-bulanan fitnah. Padahal Rosul tidak akan
menikah dengan dan kapan tanpa seizin Allah, maka selain memupuk cinta,
pernikahan rosul adalah jalan dakwah untuk menuntun manusia menuju seindah
pelabuhan firdaus. Dan terbukti, pinangan rosul tidak membuat Aisyah tertunduk
menolak, justru ia seriang seceria menyambut cinta yang mengabadi hingga ke
syurga.
Mas
kawin 500 dirham menjadi saksi terbingkainya uluran cinta yang penuh lika liku,
romansa indah, kecemburuan sang istri manja yang melangit, atau badai fitnah
yang sempat menghantam tawa keluarga barakah itu, semua kisahnya membuat
semiliar manusia cemburu akan bidak biduk keromantisan dua insan mulia ini.
Aisyah tinggal merajut belai kasih dikamar samping Masjid Nabawi, dikamar
sakinah itulah turun berhujan rintikan wahyu yang sampai detik ini manfaatnya
masih terkecup manis, masih tercium wangi.
Dan akan selamanya manis, dan akan seutuhnya wangi.
Aisyah
adalah ummul Mukminin Ummu Abdillah, Shiddiqoh binti Shiddiqul Akbar, berjuta
teladan hendaknya kita contek untuk lebih mensenyumi hidup ini dengan rekahan
ridho Allah SWT.
Dikala
memadu rumah tangga dengan sang Rosul, Aisyah adalah sosok yang begitu “rakus”
akan ilmu, begitu haus akan pengetahuan, dan begitu rajin akan menimba
pelajaran. Lautan ilmu ia kuras segayung demi segayung, berbagai bidang ilmu ia
pegang untuk kemudian disampaikan guna mengukir kemanfaatn umat. Ia lahap ilmu
Al-Quran dan tafsirnya, ia kuasai ribuan hadist, ia pahami pengetahuan fiqh,
sastra bahasa arab pun tak luput ia kuasai, bahkna seni dan syair kala itu ia
hafal. Satu kata, Menakjubkan.
Begitulah
sang Aisyah memberikan kuliah umum kepada wanita-wanita khususnya masa kini.
Bahwa kecerdasan, kepintaran, atau penguasaan ilmu bukan hanya milik kaum
laki-laki. Wanita harus cerdas, karena madrasah pertama bagi segelumat manusia
adalah wanita yang biasa terpanggil Ibu. Jikalah wanita didunia ini memilih
menjadi bodoh, maka benar adanya, Dunia akan diisi senafas sedetak manusia
bodoh.
Kecerdasan
seorang Aisyah membuatnya bergelar sebagai Al-Mukassirin (orang yang paling
banyak meriwayatkan hadist), 297 hadist dalam kitab shahihain dan 174 hadist
yang mencapai derajat muttafaq ‘alaih, dengan begitu hampir 2210 hadist beliu
hafal. Beliu adalah penghafal hadist setelah Abu Hurairah, Ibn Umar, Anas bin
Malik, dan Ibn Abbas. Kecerdasan luar biasa, dan keluar biasaan itu tidak
didapat dari berdiam menopang dagu, tetapi bergerak menopang segerak ilmu.
Masya Allah.
Maka
duhai engkau wanita yang semoga kecerdasan Ibunda Aisyah menyelinap masuk
keruang nafasmu, dengarlah keteladan Aisyah dengan telinga amal. Engkau
seharusnya berikhtiar untuk menjadi wanita dan ibu yang cerdas. Tugasmu bukan
sekedar memasak, tentu koki yang lebih tepat, tugasmu bukan sekedar menyapu,
tentu pembantu yang lebih siap, tugasmu bukan sekedar menungguai rumah, tentu
satpam yang lebih faham. Tugasmu adalah menjadi manager rumah tangga, agar
perjalannya mulus, agar pahala terinvesati memiliar, agar dengan ilmu yang kau
punya dapat bergandeng dengan suami, dan agar kecerdasan yang dimiliki menjadi
sarana mendidik buah hati tercinta.
Jadilah
profesor rumah tangga yang siap membantu suami dengan kesamudraan ilmu, jadilah
dosen dalam rumah yang siap mencetak kader-kader Robbani yang bervisi duniawai
sekaligus ukhrowi.
Juga,
wanita harus berperan aktif membina umat, ranah dakwah wanita bukan hanya
didalam rumah. Tetapi bagaimana memastikan bahwa diranah publik pun bisa
berbicara banyak, guna menata keserakan taman bumi yang kita injak.
Sungguh
tak terbayang jika wanita memilih menjadi manusia bodoh, tentu dunia ini akan
semakin bodoh. Timbalah ilmu dengan semangat mendayu dayu, sekolahlah
setinggi-tingginya, pesantrenkan diri dengan sebenar-benarnya. Wanita harus
siap menjadi partner pemimipin keluarga bernama suami, agar keluarga itu
membahagia didunia, menertawa disyuga. Serindang cinta.
Dan
sekali lagi, jadilah wanita yang berbicara banyak diranah publik. Yang
kesntunan ucapnya menjadi teladan, yang kebaikan akhlaknya menjadi kemanfaatan.
Ucapnya didengar, sorotnya ditatap, geraknya ditiru, dan tentu hidupnya bagai
sepohon pisang. Kita tahu pohon pisang jika sudah berbuah tak akan berbuah
lagi, akan tetapi pohon pisang selalu melahirkan tunas untuk mencipta buah
dikemudian lusa. Engkau sebagai manusia yang nafasnya sedang merambat menuju
pintu kematian, sebelum nafas menghela pulang maka berikankanla tunas kebaikan,
dan sungguh tunas itu tak akan terberi jika engkau hanya tersebut sebagai
manusia bodoh.
Duhai
engkau wanita, selain kecerdasan yang luar biasa, Ibunda Aisyah juga sosok yang
amat tegas dalam menerapkan hukum Allah. Kala itu banyak wanita-wanita
pelanggar syariat, dengan berbekal ilmu ia tegur dengan teriak ketegasan. Pun
begitu dengan dirimu, tegaslah saat ilmu yang kau miliki mengatakan bahwa ada
yang salah didepan sorotan matamu. Tegurlah dengan ucap santun, tegurlah dengan
laku anggun.
Putri
hawa, engkau yang adalah nafas pertama yang helanya dirasakan manusia, semuanya
berawal darimu. Peradabaan tergagah tergantung dari belai didikmu. Jika tak ada
ilmu yang bernaung dikepalamu maka terpastikan bumi ini akan hancur, moral akan
semakin tercurat keburukan dan tercoret kejahatan.
Maka jadilah, jadilah wanita
secerdas Aisyah. Namun bila mana menyamainya sesuatu yang tidak
mungkin...........
Cukup
ikhtiarkan dengan belajar, dengan belajar, dan dengan belajar. Serindang tulus,
sesamudra keikhlasan, demi terciptanya keindah keanggun serekah senyuman.
Disehampar bumi.