Tertakjub
disejuta helai nafas, dikala mendengar melodi-melodi kisah Ibunda Khodijah yang
sya’irnya mengirama, yang lantunnya syahdu menjelita, dan yang liriknya indah
mempesona.
Adalah
beliau istri pertama sang cahaya pengusir pegelapan Rosululah SAW, Ummul
Mukminin Khodijah ini terlahir lima belas tahun sebelum tahun Gajah. Ia bagai
mutiara disebumi lumpur, bagai melati disegersang tandus, bagai bintang
diselangit malam. Ia wanita yang terkenal suci, mulia, dan terhormat dikota
jahiliyyah sebelum kelahiran sang Rosul.
Khodijah
adalah Bisnis Women kala itu, kekayaannya berlimpah, pun kedermawaan meruah.
Saudagar ini dipinang hati dan raganya oleh Baginda Rosul saat ia menjadi janda
berusia empat puluh tahun, Rosul yang saat itu berusia dua puluh lima tahun
terhangatkan selimut kemuliaan sang khodijah, cinta pertama terbaik ini selalu
sekata seucap, seiya sebenar dengan apa yang tersampai dan terlaku suaminya.
Rosulullah Muhammad SAW.
“Sesungguhnya
di (Khodijah) adalah sebaik-bainya teman hidup”, Masha Allah, begitulah ungkap
cinta dari Rosul sang penebar senyum disemesta alam.
Dialah
insan pertama yang membenarkan islam saat diserukan Rosulullah, wanita ini
kemuliaannya tiada tertandingi. Beliau adalah selimut dikala Nabi kedinginan
tertusuk angin ujian saat menyusuri jalan dakwah, beliu adalah peneduh saat
serintik hujan cobaan mengguyur sang suami. Lalu Allah menghadiahkan kabar
gembira kepadanya melalui Rosulullah “Akan diberikan kepadanya rumah
disyurga yang tidak ada kebisingan dan
tidak ada rasa capek didalamnya”
Khodijah
binti Khuwaliid bin Asad Al-Qurasiyiyah Al-Asadiyah adalah ibunda kaum
Mukminin. Kemuliaannya tercantum dalam catatan Adz-Dzahabi “Khodijah seorang
yang sangat berakal lagi terhormat, teguh beragama, terjaga dari sifat keji,
beliau mulia, yang termasuk penghuni syurga. Adalah Rosulullah Muhammad biasa
memujinya dan mengutamakan dirinya dari istri-istrinya yang lain”
Khodijah
begitu dicintai Rosulullah, dan serasa cinta yang melaut dalam, menyamudera
luas itu membuat Ibunda Aisyah cemburu, “Aku tidak pernah cemburu terhadap madu
yang lainnya melebihi kecemburuanku pada Khodijah, dikarenakan saking seringnya
Nabi Muhammad menyebut-nyebut nama Khodijah”. Ini padahal Khodijah telah wafat
sebelum sang nabi meminang Aisyah. Begitulah, Khodijah yang kemuliaannya
selalui dicintai siapapun yang ikhlas mencicipi keteladannya.
Khodijah
adalah pionir terdepan dalam membantu dakwah rosulullah. harta ia korbankan,
pikiran ia sampaikan, tenaga ia pergunakan. Maka sangat layak dirinya terjanjikan
Syurga oleh Allah SWT.
Keteladananya
sebagai seorang wanita sekaligus istri dan Ibu patut kita tiru, lisannya begitu
santun bermutu, jauh dari ucapan sesampah ambigu. Prilakunya anggun bermakna,
jauh dari gerak penuh dosa. Kesabaran yang luas meng”sahara”, ketaatan yang
tinggi meng”everest” , dialah wanita sebenar-benarnya kemuliaan.
Maka
duhai engkau wanita yang semoga kemuliaan khodijah tersungai kemuara hidupmu,
cobalah mangasah kisah sang bunda untuk kemudian terlangkahkan dalam sejejak
demi sejejak kehidupanmu.
Khodijah
memang kala sebelum menjadi istri Rosul adalah janda, tetapi beliau tidak
menggalau melamun penuh duka, justru beliau menjadi sesosok wanita yang
disegani. Hal itu terjadi kerana sang bunda sedetik semenit menjalani hidup dengan
terus menata akhlak, meniti iman. Apapun gelar yang tersandang, janda maupun
gadis, jikalah sibuk mendadani hati maka aura cantiknya akan memikat lelaki
soleh untuk bermukim abadi dihati. Seperti Rosulullah bermukim dihati khodijah
dengan membawa bingkisan cinta, cinta yang tiada pernah berhenti walau kematian
mempisahi.
Keteladan
selanjutnya yang perlu kita curi dari kamar hidup sang Khodijah adalah liontin
kemandirian yang terkalung dalam sedetak sedetik kehidupannya. Ialah wanita
yang membuktikan kepada khalayak insan, bahwa “Man Jadda Wa Jada” adalah seikat
kata guna meraih kesuksesan yang menceriakan hidup. Beliau saudgar kaya,
sebagai bukti bahwa wanita bukanlah makhluk bodoh lagi lemah, jikalah wanita
sanggup menjemput rizkinya dengan tangan-tangan ikhtiar yang bergandeng dengan
kodratnya, maka sungguh harta akan berebut untuk singgah disakunya. Apalagi
ditambah dengan keanggunan akhlak, para dokter diseluruh dunia akan memvonisnya
sebagai wanita paling bahagia. Ia bukan sekedar menguasai dunia, tapi kaki nya
pun hendak sampai ke taman syurga.
Kemudian,
keteladan Siti Khodijah adalah beliau yang walau kaya tetapi tidak mencari
jodoh lewat wajah-wajah tampan, maupun kantong-kanton mapan. Beliau sadar, jika
mencintai lelaki hanya karena ketampanan saja, maka disekemudian hari sang
dedaunan tampan akan tergerogoti ulat uban dan serangga keriput. Juga jikalah
mencintai lelaki hanya karena kekayaan saja, maka disekemudian waktu sang harta
akan hilang dicuri kematian. Beliau lebih memlih lelaki sederhana bernama
Muhammad SAW, karena cinta itu datang terpikat akhlak sang Nabi, maka benar
adanya, kita hendaklah memilih pendamping yang soleh. Lelaki soleh yang
mencintaimu maka dengan segenap nafasnya ia akan membahagiakanmu, tetapi jika
lelaki itu tidak mencintaimu maka kesolehannya tidak akan pernah menyakitimu.
Pun jikalau engkau yang tidak mencintainya, maka kebaikan demi kebaikan yang
kelak ia berikan kepadamu akan membuat hatimu terjatu dalam pelukannya
cintanya, sepenuh kasih, serindang cinta.
Ehm...
Kisah bagaimana Khodijah menjembut jodoh sejatinya begitu memesrai jiwa, dimasa
kini wanita merasa gengsi jika harus “menembak” duluan kepada seorang lelaki.
Tidak dengan Khodijah, sekalipun beliau wanita tetapi dirinya tidak merasa
malu. Beliau hendak menikah, dan menikah samalah melakukan kebaikan, jadi
kenapa harus malu kalau untuk sebuah kebaikan ?. Maka jika engkau ingin
menitipkan senyummu kepada seseorang yang kau yakini kebaikannya, maka bolehlah
menyatakan dulua, usah gengsi apalagi malu. Jika diterima maka bersiaplah
merayakan cinta, jika ditolak maka bersiaplah merayakan bahagia. Lho ko ?, ya
iya, kebahagian itu adalah dimana kita berhasil melakukan suatu kebaikan yang
tidak semua manusia bisa melakukannya.Seperti seorang petani miskin diberi
kesempatan menunaikan haji, ia bahagia sangat karena tidak semua petani miskin
seberuntung dia yang dapat melakukan kebaikan.
Terakhir,
petiklah hikmah dari serindang pohon kebaikan Ibunda Khodijah, walaupun ia
wanita terhormat dan kaya raya, tetapi beliu tidak pernah sombong. Bahkan
dirinya terkenal sebagai wanita paling dermawan. Meski ia lebih kaya dari
suaminya tetapi ketaatannya tidak mennguap, ia faham betul tugasnya sebagai
seorang istri, yaitu taat dan patuh kepada sang suami agar terjalin harmoni.
Demi melukis bahagia diatas kanvas bumi, lalu keindahan lukisan itu terpampang
di istana Syurgawi.
Maka
teruslah, percantik hati dengan “lipstik” kemuliaan, “bedak” kehormtan”, dan
“masker” ketaatan. Semoga hidupmu semulia Khodijah, semulia cinta.
0 komentar:
Posting Komentar