Wanita semulia Khodijah

Sabtu, 28 Juni 2014




Tertakjub disejuta helai nafas, dikala mendengar melodi-melodi kisah Ibunda Khodijah yang sya’irnya mengirama, yang lantunnya syahdu menjelita, dan yang liriknya indah mempesona.

Adalah beliau istri pertama sang cahaya pengusir pegelapan Rosululah SAW, Ummul Mukminin Khodijah ini terlahir lima belas tahun sebelum tahun Gajah. Ia bagai mutiara disebumi lumpur, bagai melati disegersang tandus, bagai bintang diselangit malam. Ia wanita yang terkenal suci, mulia, dan terhormat dikota jahiliyyah sebelum kelahiran sang Rosul.

Khodijah adalah Bisnis Women kala itu, kekayaannya berlimpah, pun kedermawaan meruah. Saudagar ini dipinang hati dan raganya oleh Baginda Rosul saat ia menjadi janda berusia empat puluh tahun, Rosul yang saat itu berusia dua puluh lima tahun terhangatkan selimut kemuliaan sang khodijah, cinta pertama terbaik ini selalu sekata seucap, seiya sebenar dengan apa yang tersampai dan terlaku suaminya. Rosulullah Muhammad SAW. 

“Sesungguhnya di (Khodijah) adalah sebaik-bainya teman hidup”, Masha Allah, begitulah ungkap cinta dari Rosul sang penebar senyum disemesta alam.

Dialah insan pertama yang membenarkan islam saat diserukan Rosulullah, wanita ini kemuliaannya tiada tertandingi. Beliau adalah selimut dikala Nabi kedinginan tertusuk angin ujian saat menyusuri jalan dakwah, beliu adalah peneduh saat serintik hujan cobaan mengguyur sang suami. Lalu Allah menghadiahkan kabar gembira kepadanya melalui Rosulullah “Akan diberikan kepadanya rumah disyurga  yang tidak ada kebisingan dan tidak ada rasa capek didalamnya”

Khodijah binti Khuwaliid bin Asad Al-Qurasiyiyah Al-Asadiyah adalah ibunda kaum Mukminin. Kemuliaannya tercantum dalam catatan Adz-Dzahabi “Khodijah seorang yang sangat berakal lagi terhormat, teguh beragama, terjaga dari sifat keji, beliau mulia, yang termasuk penghuni syurga. Adalah Rosulullah Muhammad biasa memujinya dan mengutamakan dirinya dari istri-istrinya yang lain”

Khodijah begitu dicintai Rosulullah, dan serasa cinta yang melaut dalam, menyamudera luas itu membuat Ibunda Aisyah cemburu, “Aku tidak pernah cemburu terhadap madu yang lainnya melebihi kecemburuanku pada Khodijah, dikarenakan saking seringnya Nabi Muhammad menyebut-nyebut nama Khodijah”. Ini padahal Khodijah telah wafat sebelum sang nabi meminang Aisyah. Begitulah, Khodijah yang kemuliaannya selalui dicintai siapapun yang ikhlas mencicipi keteladannya. 

Khodijah adalah pionir terdepan dalam membantu dakwah rosulullah. harta ia korbankan, pikiran ia sampaikan, tenaga ia pergunakan. Maka sangat layak dirinya terjanjikan Syurga oleh Allah SWT.

Keteladananya sebagai seorang wanita sekaligus istri dan Ibu patut kita tiru, lisannya begitu santun bermutu, jauh dari ucapan sesampah ambigu. Prilakunya anggun bermakna, jauh dari gerak penuh dosa. Kesabaran yang luas meng”sahara”, ketaatan yang tinggi meng”everest” , dialah wanita sebenar-benarnya kemuliaan.
Maka duhai engkau wanita yang semoga kemuliaan khodijah tersungai kemuara hidupmu, cobalah mangasah kisah sang bunda untuk kemudian terlangkahkan dalam sejejak demi sejejak kehidupanmu.

Khodijah memang kala sebelum menjadi istri Rosul adalah janda, tetapi beliau tidak menggalau melamun penuh duka, justru beliau menjadi sesosok wanita yang disegani. Hal itu terjadi kerana sang bunda sedetik semenit menjalani hidup dengan terus menata akhlak, meniti iman. Apapun gelar yang tersandang, janda maupun gadis, jikalah sibuk mendadani hati maka aura cantiknya akan memikat lelaki soleh untuk bermukim abadi dihati. Seperti Rosulullah bermukim dihati khodijah dengan membawa bingkisan cinta, cinta yang tiada pernah berhenti walau kematian mempisahi. 

Keteladan selanjutnya yang perlu kita curi dari kamar hidup sang Khodijah adalah liontin kemandirian yang terkalung dalam sedetak sedetik kehidupannya. Ialah wanita yang membuktikan kepada khalayak insan, bahwa “Man Jadda Wa Jada” adalah seikat kata guna meraih kesuksesan yang menceriakan hidup. Beliau saudgar kaya, sebagai bukti bahwa wanita bukanlah makhluk bodoh lagi lemah, jikalah wanita sanggup menjemput rizkinya dengan tangan-tangan ikhtiar yang bergandeng dengan kodratnya, maka sungguh harta akan berebut untuk singgah disakunya. Apalagi ditambah dengan keanggunan akhlak, para dokter diseluruh dunia akan memvonisnya sebagai wanita paling bahagia. Ia bukan sekedar menguasai dunia, tapi kaki nya pun hendak sampai ke taman syurga.

Kemudian, keteladan Siti Khodijah adalah beliau yang walau kaya tetapi tidak mencari jodoh lewat wajah-wajah tampan, maupun kantong-kanton mapan. Beliau sadar, jika mencintai lelaki hanya karena ketampanan saja, maka disekemudian hari sang dedaunan tampan akan tergerogoti ulat uban dan serangga keriput. Juga jikalah mencintai lelaki hanya karena kekayaan saja, maka disekemudian waktu sang harta akan hilang dicuri kematian. Beliau lebih memlih lelaki sederhana bernama Muhammad SAW, karena cinta itu datang terpikat akhlak sang Nabi, maka benar adanya, kita hendaklah memilih pendamping yang soleh. Lelaki soleh yang mencintaimu maka dengan segenap nafasnya ia akan membahagiakanmu, tetapi jika lelaki itu tidak mencintaimu maka kesolehannya tidak akan pernah menyakitimu. Pun jikalau engkau yang tidak mencintainya, maka kebaikan demi kebaikan yang kelak ia berikan kepadamu akan membuat hatimu terjatu dalam pelukannya cintanya, sepenuh kasih, serindang cinta.

Ehm... Kisah bagaimana Khodijah menjembut jodoh sejatinya begitu memesrai jiwa, dimasa kini wanita merasa gengsi jika harus “menembak” duluan kepada seorang lelaki. Tidak dengan Khodijah, sekalipun beliau wanita tetapi dirinya tidak merasa malu. Beliau hendak menikah, dan menikah samalah melakukan kebaikan, jadi kenapa harus malu kalau untuk sebuah kebaikan ?. Maka jika engkau ingin menitipkan senyummu kepada seseorang yang kau yakini kebaikannya, maka bolehlah menyatakan dulua, usah gengsi apalagi malu. Jika diterima maka bersiaplah merayakan cinta, jika ditolak maka bersiaplah merayakan bahagia. Lho ko ?, ya iya, kebahagian itu adalah dimana kita berhasil melakukan suatu kebaikan yang tidak semua manusia bisa melakukannya.Seperti seorang petani miskin diberi kesempatan menunaikan haji, ia bahagia sangat karena tidak semua petani miskin seberuntung dia yang dapat melakukan kebaikan. 

Terakhir, petiklah hikmah dari serindang pohon kebaikan Ibunda Khodijah, walaupun ia wanita terhormat dan kaya raya, tetapi beliu tidak pernah sombong. Bahkan dirinya terkenal sebagai wanita paling dermawan. Meski ia lebih kaya dari suaminya tetapi ketaatannya tidak mennguap, ia faham betul tugasnya sebagai seorang istri, yaitu taat dan patuh kepada sang suami agar terjalin harmoni. Demi melukis bahagia diatas kanvas bumi, lalu keindahan lukisan itu terpampang di istana Syurgawi.

Maka teruslah, percantik hati dengan “lipstik” kemuliaan, “bedak” kehormtan”, dan “masker” ketaatan. Semoga hidupmu semulia Khodijah, semulia cinta.

0 komentar:

Posting Komentar