Wanita Sehebat Ibunda Hajar

Jumat, 20 Juni 2014


“Jika ini perintah-Nya, Dia takkan pernah menyiakan kami”, itulah puisi cinta tehebat dari seorang Ibunda Hajar, ia ditinggal sang suami tercinta Ibrahim diatas hamparan gurun dengan tusukan panas yang menyengat, dengan goresan dingin yang menggigil dahsyat. Dipangkuannya ada seorok bayi bernama Ismail, Digurun ujian itu, ketakutan menjadi getaran tak terhindarkan, kekecawaan menjadi angin yang tak tertepiskan, kesedihan menjadi rintik yang tak terkeringkan, dan api cemburu menjadi bara yang tak terpadamkan.

Namun Ibunda Hajar berbeda, ia kuat bagai karang yang tak tergoyahkan hantaman ombak. Ia hebat  bagai pasir yang tak lari saat diserbu badai. Kekuatan dan kehebatan Ibunda Hajar terlahir dari rahim cinta, cinta kepada Allah Swt.

Kesabaran Hajar yang menyamudera dan keimanan Hajar yang melangit. Tidak serta merta mendatangkan “Bim salabim”, tidak serta merta menghadirkan keajaiban. Nikmat tidak datang semudah datangnya malam dikala senja, tawa tidak hadir semudah hadirnya siang dikala subuh. Ia harus dicari, ia harus dirabai, ia harus ditatapi, ia harus dikerjai. Yah, Hajar berlari 7 kali antara Shafa dan Marwah, sang ibunda sedang mengajarkan bahwa hidup bukan sekedar  taqdir, tetapi hidup adalah jua serindang ikhtiar .

Lalu buah dari akar keimanan yang menancap, lalu buah dari batang kesabaran yang menjulang, dan lalu buah dari daun ikhtiar yang merindang, akhirya Ibunda  Hajar menemukan oase bahagia. Air Zam-zam menjadi tegukan cinta dari Sang bunda untuk putranya Ismail, ketegaran dan kehebatannya sebagai wanita teladan menjadikan kita berjumpa denga Sa’i, berjumpa dengan Jumrah, dan berjumpa dengan “Kama Shallaita” disela tahiyat dalam kamar shalat. 

Masha Allah, kekuatan cinta menjadikan Ibunda Hajar terkenang sejarah, kelak ia akan memadu kasih dengan suami sesoleh Ibrahim,   kelak ia akan menghambur tawa dengan putra setaat Ismail. Kelak ia akan bercerita mesra didepan ahli Jannah. Disyurga, tempat kebahagiaan abadi
.
Duhai engkau wanita, yang semoga kehebatan Ibunda Hajar mengembun dalam rekah daun nafasmu. Mengertilah bahwa engkau tercipta bukan untuk menjadi makhluk lemah, memang kulitmu tak sekasar pria, memang wajahmu tak segarang lelaki. Namun bukan berarti engkau berlutut pasrah dibawah kaki kehidupan, engkau adalah partner para lelaki, maka saling berdampinglah untuk melukis senyuman dikanvas kehidupan.

“Sesungguhnya wanita adalah belahan tak terpisahkan (yang setara) dari kaum pria” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ad Darini, Ibn Majah).

Hadis diatas menggambarkan bahwa wanita memang selaras sedamping dengan kaum pria, sejajar serbaris dengan kaum lelaki. Tetapi selaras tidak harus sama, semua punya hak dan kewajiban yang berbeda. Itulah fitrah, penciptakan dua makhluk yang berbeda untuk menyatu berdampingan agar kenyamanan terpikat, agar senyuman terikat.

Dalam konsep islam, sebagaimana termuat dalam barisan ayat Al-Quran bahwa memperlakukan baik individu wanita maupun individu laki-laki adalah sama, karena hal ini berhubungan antara Allah dan makhuk. Maka seseorang akan dikatakan tinggi derajat atau rendah derajat tergantung dari pupuk ketaqwaan yang ia siramkan diatas kebun hidupnya.

Tetapi sekali lagi, Wanita dan Laki-laki memang sama dalam pandangan Allah namun memiliki perbedaan dalam hak dan kewajibannya, ini merupakan bentuk keadilan Allah. Jika Hak dan kewajibannya antara wanita dan laki-laki sama maka akan terjadi kehancuran. Lihatlah hari-harimu, Allah tidak melulu menciptkan siang bukan ?, pasti Allah dampingi dengan malam. Itulah yang dimaksud keselarasan.

Namun disebaris goresan ini sesungguhnya hanya ingin agar wanita menengok Ibunda Hajar dalam menata dan meniti kehidupan, sebagai wanita ia tidak diam berpangku tangan, tidak malas bertopang dagu. Ia bekerja mencari syurga, ia bekerja menjemput bahagia.

Pekerjaan seorang wanita sama sulitnya dengan pekerjaan seorang laki-laki, bahkan mungkin lebih sulit. Wanita harus menjadi istri yang melejitkan potensi suaminya, wanita harus menjadi ibu yang memadrasahi anak-anaknya. Maka jika ditanya siapakah wanita paling sukses pekerjaannya ?, siapakah wanita paling hebat karirnya ?, dan siapakah wanita paling berprestai dalam hidupnya ?. tak ada jawaban lain selain wanita yang berprofesi sebagai IBU RUMAH TANGGA. Itulah pekerjaan paling mulia sekaligus terhormat bagi seorang wanita. 

Adapun Islam tidak mengekang wanita, ia boleh bekerja asal terestui suami, ia boleh berkarir asal tetap menjadi istri dan ibu yang setiap kewajibannya tertunaikan dengan baik. 

Jadilah wanita sehebat Ibunda Hajar.

0 komentar:

Posting Komentar