Wanita sebelum islam bagai terluntang lantung digurun sahara, tak
ada tempat ternyaman untuk berteduh. Ia hanya berteman sengat derita dan tusuk
duka, ia hanya bersahabat panas hina dan dingin dina, lalu wanita itu menemukan
serindang pohon diujung hampar pasir. Betapa bahagianya saat sang bahagia itu
memeluk mesra, islam hadir sebagai tangan yang mengulurkan wanita-wanita tergeletak
diperbaringan derita. Dan syukur berucap Hamdallah,Cinta itu merekahkan
kembali senyum yang telah lama terusir. islam adalah cinta, dan cinta adalah
islam.
Ada yang berucap tanya, mengapa dalam Al-Quran tersamudera ayat
yang mensepesialkan kaum laki-laki ?, mengapa jarang tercantum perintah
terkhusus bagi kaum wanita ?, maka biarlah Al-Quran Surat Al-Ahzab Ayat 35
menjawab hangat tanya itu.
Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuanyang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (asma) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35)
Maka benar adanya, islam tidak membeda-bedakan laki-laki dan wanita,
Apapun jenis kelaminnya, jika melakukan gerak kebaikan dan langkah ketakwaan
akan sama-sama tertabur bunga pahala dan tersemat mahkota ampunan.
Wanita tak terpisahkan dari belahan laki-laki, yang membedakan
adalah seberapa banyak ketakwaan tertabung, seberapa banyak kebaikan
terinvestasi. Bahkan islam “mengomeli” kaum laki-laki agar berucap santun, agar
berlaku lembut, dan berakhlak mulia kepada wanita. “Mukmin tersempurna
imannya adalah yang terbaik akhlaqnya. Yang terbaik di antara kalian adalah
yang terbaik memperlakukan Wanita.” (HR At Tirmidzi).
Sungguh hangat pelukan tulus seayat, sewahyu dan sehadist yang menjadikan
wanita diberikan hak untuk meloncat bergirang bahagia.
Lho, tapi kan yang pertama harus ditaati wanita adalah suaminya ?,
bukankah suami itu laki-laki ?, iya iyaaaa, tetapi yang pertama harus ditaati laki-laki dalah ibunya,
bukankah ibu itu seorang wanita ?. seperti itulah islam menata taman kehidupan
dengan keselarasan, agar antara laki-laki dan wanita bisa bersanding bergandeng
untuk memperindah lukisan hidup.
Jika kaum laki-laki harus berperang Fii Sabilillah guna
memikat Syahid, maka kaum wanita dengan fitrahnya bisa menjemput syahid dengan
belai kemudahan. “Wanita hamil, melahirkan, menyusui, menyapih; mendapat
pahala seperti terluka di jalan Allah. Mati di masa itu syahid. (HR Ibn Al
Jauzy)”.Inilah hadiah istimewa bagi kaum wanita, yang kesempatan syhidnya melaut,
menyamudera, dan melangit. Luas sebegitu luas.
Setiap Makhluk bernama manusia adalah pemimpin, laki-laki tertugas
memimpin keluarga dan wanita tertugas memimpin rumah tangga, kedua tugas yang
terpikul dalam punggung kehidupan itu akan dimintai pertanggung jawaban. Walau berbeda
namun kepemimpinan keduanya akan tervonis syurga atau terketuk neraka,
tergantung bagimana mengelola kepemimpinan masing-masing dengan tangan
ketulusan, dengan segerak keikhlasan. Maka jelaslah sudah keadilan islam, bahwa semasing sebeda antara kaum laki-laki
dan wanita akan tetap diminta pertanggung jawabannya.
Laki-laki dan wanita memang sama ditatapan Allah, namun keduanya
memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Bukan maksud untuk mendiskriminasi, tetapi
perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi. Tiadalah kita berjumpa siang jika
sebelumnya tidak berjumpa malam, tiadalah kita memandang pelangi kalau
sebelumnya tidak mencucur hujan, atau tiadalah kita melihat ombak kalau sebelumnya tidak menggemuruh
angin. Begitulah, perbedaan adalah jembatan menuju persamaan, karena didalamnya
tertapak keselerasan.
Hukum mengucap talak terucap dari lisan laki-laki, itu karena
wanita lebih menonjolkan emosional ketimbang rasional. Islam tak inginkan salah
ucap menjadikan penyesalan hanya karena tengokan emosional yang sebentar
menyapa. Hal ini benar adanya, seperti tertimpa reruntuhan masalah, Wanita
lebih memilih untuk berbagi, lebih ingin didengarkan, lebih rindu dimengerti. Sedang
Lelaki selesaikan dengan cara menyendiri, kontemplasi, lalu sibuk rumuskan
solusi. Perbedaan keduanya agar tercipta harmoni. Begitulah islam mengatur
semesta dengan keadilan tanpa ujung, dengan keselarasan tanpa batas. Serindang cinta.
Lalu terzholimikah wanita jika pendapatan warisnya lebih kecil
daripada laki-laki ?, tidak demikan duhai sahabat, Laki-laki memiliki beban tanggung
jawab yang lebih berkilo ketimbang wanita, tanggung jawab terhadap Ibunya dan
saudari perempuannya yang mewakili sebagai wali, jadi pembagian waris yg lebih
besar itu karena untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan tanggung jawab nya
sebagai wali.
Juga, Ketika seorang laki laki membangun sebuah rumah tangga, laki
laki itu memiliki kewajiban memberikan nafkah bagi keluarganya. Jadi kalaupun
laki laki diberi hak harta 2 kali lebih besar, karena pada akhirnya dia
berkewajiban menafkahi. Sedangkan perempuan tidak memiliki kewajiban menafkahi
dalam membangun rumah tangga. Keadilan di dalam islam tidak sesempit setipis mengukur
hartanya saja, tapi adil dalam membagi sekanan hak dan sekiri kewajiban, supaya
aturan secara keseluruhan menjadi adil adanya. Itulah sebentuk keselarasan yang
diperkenalkan islam agar pemeluknya tersenyum dalam rekah bahagia. Ketika keadilan
membersamai seyum itu.
ebelum kedatangan Islam,
orang Arab menikahi banyak wanita, bahkan ada yang sampai ratusan. Islam datang
dan memberi batasan, seorang pria hanya boleh menikahi maksimum empat wanita
dengan syarat dia dapat berbuat adil terhadap keduanya atau ke-empat istrinya.
Jika tidak, maka satu saja. “Menikahlah wanita pilihan Anda, dua, atau tiga,
atau empat, tetapi jika kamu takut
kamu tidak akan mampu menangani adil (dengan mereka), maka hanya satu. (QS. Anisa:03].
kamu tidak akan mampu menangani adil (dengan mereka), maka hanya satu. (QS. Anisa:03].
Jadi sebenarnya poligami itu adalah pengecualian, bukan peraturan
yang menganjurkan untuk laki-laki menikahi wanita lebih dari satu. Begitulah
islam memjadikan makhluk si wanita itu yang agar hadirnya dibelai dengan
sentuhan keadilan, jika ayat itu tidak tersapa maka jelaslah laki-laki akan
memperlakukan wanita dengan semena-mena, menikahi seratus seribu atau sejuta wanita,
tanpa batas.
Populasi dunia perempuan lebih dari penduduk laki-laki, Rata-rata
rentang kehidupan perempuan lebih banyak daripada laki-laki, mungkin itu
hanyalah dua dari sekian banyak alasan mengapa hanya laki-laki yang berhak
memiliki lebih satu pasangan. Tetapi berbicara islam adalah berbicara solusi, manusia hanya
memperalat akal dengan mesin birahi , sehingga dengan kebodohannya sibuk menceri
celah untuk mengkampanyekan keburukan
islam. Llau islam hanya sibuk membuka pintu solusi bagi setiap kunjungan tamu
bernama masalah.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan tentang yang katanya islam tidak
adil bagi kaum wanita, namun pada kenyataannya, wanita setelah islam lebih
banyak tersenyum ketimbang wanita sebelum islam. Inilah agama nan suci ,
kebenarannya sulit terbantahkan. Islam melukis wajah wanita dalam kanvasnya
dengan kuas keadilan, sesamudera kasih, sepelangi cinta. Seutuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar