Senyum Wanita Setelah Islam

Rabu, 25 Juni 2014



Wanita sebelum islam bagai terluntang lantung digurun sahara, tak ada tempat ternyaman untuk berteduh. Ia hanya berteman sengat derita dan tusuk duka, ia hanya bersahabat panas hina dan dingin dina, lalu wanita itu menemukan serindang pohon diujung hampar pasir. Betapa bahagianya saat sang bahagia itu memeluk mesra, islam hadir sebagai tangan yang mengulurkan wanita-wanita tergeletak diperbaringan derita. Dan syukur berucap Hamdallah,Cinta itu merekahkan kembali senyum yang telah lama terusir. islam adalah cinta, dan cinta adalah islam.
 Ada yang berucap tanya, mengapa dalam Al-Quran tersamudera ayat yang mensepesialkan kaum laki-laki ?, mengapa jarang tercantum perintah terkhusus bagi kaum wanita ?, maka biarlah Al-Quran Surat Al-Ahzab Ayat 35 menjawab hangat tanya itu.
Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuanyang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (asma)  Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35)
Maka benar adanya, islam tidak membeda-bedakan laki-laki dan wanita, Apapun jenis kelaminnya, jika melakukan gerak kebaikan dan langkah ketakwaan akan sama-sama tertabur bunga pahala dan tersemat mahkota ampunan.
 Wanita tak terpisahkan dari belahan laki-laki, yang membedakan adalah seberapa banyak ketakwaan tertabung, seberapa banyak kebaikan terinvestasi. Bahkan islam “mengomeli” kaum laki-laki agar berucap santun, agar berlaku lembut, dan berakhlak mulia kepada wanita. “Mukmin tersempurna imannya adalah yang terbaik akhlaqnya. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik memperlakukan Wanita.” (HR At Tirmidzi). Sungguh hangat pelukan tulus seayat, sewahyu dan sehadist yang menjadikan wanita diberikan hak untuk meloncat bergirang bahagia.
 Lho, tapi kan yang pertama harus ditaati wanita adalah suaminya ?, bukankah suami itu laki-laki ?, iya iyaaaa, tetapi yang  pertama harus ditaati laki-laki dalah ibunya, bukankah ibu itu seorang wanita ?. seperti itulah islam menata taman kehidupan dengan keselarasan, agar antara laki-laki dan wanita bisa bersanding bergandeng untuk memperindah lukisan hidup.
 Jika kaum laki-laki harus berperang Fii Sabilillah guna memikat Syahid, maka kaum wanita dengan fitrahnya bisa menjemput syahid dengan belai kemudahan. “Wanita hamil, melahirkan, menyusui, menyapih; mendapat pahala seperti terluka di jalan Allah. Mati di masa itu syahid. (HR Ibn Al Jauzy)”.Inilah hadiah istimewa bagi kaum wanita, yang kesempatan syhidnya melaut, menyamudera, dan melangit. Luas sebegitu luas.
 Setiap Makhluk bernama manusia adalah pemimpin, laki-laki tertugas memimpin keluarga dan wanita tertugas memimpin rumah tangga, kedua tugas yang terpikul dalam punggung kehidupan itu akan dimintai pertanggung jawaban. Walau berbeda namun kepemimpinan keduanya akan tervonis syurga atau terketuk neraka, tergantung bagimana mengelola kepemimpinan masing-masing dengan tangan ketulusan, dengan segerak keikhlasan. Maka jelaslah sudah keadilan islam,  bahwa semasing sebeda antara kaum laki-laki dan wanita akan tetap diminta pertanggung jawabannya.
 Laki-laki dan wanita memang sama ditatapan Allah, namun keduanya memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Bukan maksud untuk mendiskriminasi, tetapi perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi. Tiadalah kita berjumpa siang jika sebelumnya tidak berjumpa malam, tiadalah kita memandang pelangi kalau sebelumnya tidak mencucur hujan, atau tiadalah kita  melihat ombak kalau sebelumnya tidak menggemuruh angin. Begitulah, perbedaan adalah jembatan menuju persamaan, karena didalamnya tertapak keselerasan.
 Hukum mengucap talak terucap dari lisan laki-laki, itu karena wanita lebih menonjolkan emosional ketimbang rasional. Islam tak inginkan salah ucap menjadikan penyesalan hanya karena tengokan emosional yang sebentar menyapa. Hal ini benar adanya, seperti tertimpa reruntuhan masalah, Wanita lebih memilih untuk berbagi, lebih ingin didengarkan, lebih rindu dimengerti. Sedang Lelaki selesaikan dengan cara menyendiri, kontemplasi, lalu sibuk rumuskan solusi. Perbedaan keduanya agar tercipta harmoni. Begitulah islam mengatur semesta dengan keadilan tanpa ujung, dengan keselarasan tanpa batas. Serindang cinta.
 Lalu terzholimikah wanita jika pendapatan warisnya lebih kecil daripada laki-laki ?, tidak demikan duhai sahabat, Laki-laki memiliki beban tanggung jawab yang lebih berkilo ketimbang wanita, tanggung jawab terhadap Ibunya dan saudari perempuannya yang mewakili sebagai wali, jadi pembagian waris yg lebih besar itu karena untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan tanggung jawab nya sebagai wali.
 Juga, Ketika seorang laki laki membangun sebuah rumah tangga, laki laki itu memiliki kewajiban memberikan nafkah bagi keluarganya. Jadi kalaupun laki laki diberi hak harta 2 kali lebih besar, karena pada akhirnya dia berkewajiban menafkahi. Sedangkan perempuan tidak memiliki kewajiban menafkahi dalam membangun rumah tangga. Keadilan di dalam islam tidak sesempit setipis mengukur hartanya saja, tapi adil dalam membagi sekanan hak dan sekiri kewajiban, supaya aturan secara keseluruhan menjadi adil adanya. Itulah sebentuk keselarasan yang diperkenalkan islam agar pemeluknya tersenyum dalam rekah bahagia. Ketika keadilan membersamai seyum itu.
ebelum kedatangan Islam, orang Arab menikahi banyak wanita, bahkan ada yang sampai ratusan. Islam datang dan memberi batasan, seorang pria hanya boleh menikahi maksimum empat wanita dengan syarat dia dapat berbuat adil terhadap keduanya atau ke-empat istrinya. Jika tidak, maka satu saja. “Menikahlah wanita pilihan Anda, dua, atau tiga, atau empat, tetapi jika kamu takut
kamu tidak akan mampu menangani adil (dengan mereka), maka hanya satu. (QS. Anisa:03
].
Jadi sebenarnya poligami itu adalah pengecualian, bukan peraturan yang menganjurkan untuk laki-laki menikahi wanita lebih dari satu. Begitulah islam memjadikan makhluk si wanita itu yang agar hadirnya dibelai dengan sentuhan keadilan, jika ayat itu tidak tersapa maka jelaslah laki-laki akan memperlakukan wanita dengan semena-mena, menikahi seratus seribu atau sejuta wanita, tanpa batas.
 Populasi dunia perempuan lebih dari penduduk laki-laki, Rata-rata rentang kehidupan perempuan lebih banyak daripada laki-laki, mungkin itu hanyalah dua dari sekian banyak alasan mengapa hanya laki-laki yang berhak memiliki lebih satu pasangan. Tetapi berbicara islam adalah berbicara solusi, manusia hanya memperalat akal dengan mesin birahi , sehingga dengan kebodohannya sibuk menceri celah untuk  mengkampanyekan keburukan islam. Llau islam hanya sibuk membuka pintu solusi bagi setiap kunjungan tamu bernama masalah.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan tentang yang katanya islam tidak adil bagi kaum wanita, namun pada kenyataannya, wanita setelah islam lebih banyak tersenyum ketimbang wanita sebelum islam. Inilah agama nan suci , kebenarannya sulit terbantahkan. Islam melukis wajah wanita dalam kanvasnya dengan kuas keadilan, sesamudera kasih, sepelangi cinta. Seutuhnya.   

0 komentar:

Posting Komentar