Wanita Sesuci Ibunda Maryam

Rabu, 25 Juni 2014

Jika kita lantunkan sebaris sebait ayat-ayat al-quran, maka kita akan temukan sebuah surat yang begitu indah namanya, yang teramat anggun asmanya. Adalah surat Maryam, surat ke 19 dari 114 surat yang tertulis dalam Al-Quran itu menjadi sepucuk surat cinta khususnya bagi kaum wanita.

Bagaimana tidak, sosok Ibunda maryam menjadi cermin yang jika tertatap oleh mata nafsu maka akan keluar ludah fitnah bahwa sang bunda adalah seorang pezina yang melahirkan putra tanpa seorang suami, bahkan lebih ngeri beliau dianggap sebagai ibunya Tuhan. Namun jika tertatap oleh mata iman maka akan keluar seriak takjub “Masya Allah”, betapa hebatnya kekuasaan Allah. Jika Allah berkehendak tiada yang tidak mungkin, wanita bernama Maryam itu adalah sesosok putri Hawa yang setiap kedipnya ibadah, yang setiap helainya Dzikrullah, dan yang setiap detiknya beramal soleh. Tak ada setitik pun sentuhan tangan lelaki yang bukan Mahromnya menodai kemewahan gaun kehormatannya. Ia terjaga, kesuciaannya bagai mentari yang tak ada satu ragapun sanggup menyentuhnya.

Tapi begitulah hidup, Walau sekuat apapun tancapan iman yang menancap dalam hati. Allah tak jaminkan tawa berlimpah bahagia meruah, dentuman dentuman ujian menjadi peperangan yang mempertemukan antara kesabaran dan keputus asaan. Lalu senjata bernama iman telah berhasil membunuh keputus asaan itu hingga sang bunda meraih kibaran kemenangan yang terkibar dalam tiang kesabaran.

Karunia tidak harus terbit dari ufuk nikmat, kadang ia terbit menyapa hari dari ufuk ujian. Dengarkan percakapan antara Jibril dan Ibunda Maryam yang tertakjub dalam Al-Quran.

19:18. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.

19:19. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.

19:20. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”

19:21. Jibril berkata: “Demikianlah. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”

19:22. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

Ayat-ayat diatas sedang membisikan betapa maha berkendaknya Allah, bayi suci terlahir dari rahim wanita yang jangankan berpengantin, tersentuh secucuk lelaki yang bukan Mahromnya pun ia tidak pernah, begitulah “Kun Fayakun” menjadi berbicara dalam kisah ini.

Tetapi manusia tetaplah manusia, kebanyakan menggunakan logika tanpa berdamping dengan iman. Maka yang terjadi sang bunda Maryam terfitnah sebagai wanita pezina. Fitnah dan caci maki itu terabadikan dalam Al-Quran.

19:27. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.

19:28. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,

19:29. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”

Ibunda Maryam terdiam dan hanya menunjuk Isa yang terbaring hangat dipangkuan, bayi itu kembali memancarkan kemaha berkehendaknya Allah, sang bayi berbicara membela ibundanya.

19:30. Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.

19:31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

19:32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

19:33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

Masya Allah, begitulah kisah indah yang tertulis dalam surat Maryam, ini menunjukan kesucian seorang bunda yang tak memiliki suami, tetapi sekali lagi. Allah maha berkehendak. Semoga kelak kita berkumpul bersama dengan wanita-wanita suci disyurga-Nya. Aamiin.

Duhai engkau wanita yang semoga hembusan kesucian Ibunda Maryam berhembus menyapa hidupmu, teladanilah beliau. Jangan sampai engkau yang seharusnya suci malah ternodai lelaki yang bukan kau panggil sebagai suami. Apalagi hanya atas nama topeng cinta yang didalamnya berwaja birahi. sayang sekali.

Duhai engkau Wanita, yang namanya tercantum sebagai salah surat dalam Al-Quran...
Lihat sejenak wajahmu !, engkau begitu cantik, betapa indahnya Allah menciptakanmu, pancaran wajahmu bagai senja yang sedang tersenyum menyambut malam, cahaya ragamu bagai mentari yang sedang berdendang menyambut siang. Renungilah, betapa sayangnya kecantikan parasmu jika dipandang sembarang lelaki, betapa sayangnya keindahan ragamu jika disentuh sembarang pria. Engkau yang kelak menjadi permaisuri dikerajaan kecilmu, haruskah mengatakan kepada suamimu bahwa ragamu pernah tersentuh lelaki lain ?, haruskah kelak anak-anakmu tahu bahwa ibunya pernah digandeng pria lain ?, Maka rawatlah kesucianmu, maka rawatlah kehormatanmu, agar bidadaripun cemburu padamu.

Duhai engkau Wanita, yang namamu kelak akan bergelar menjadi seorang ibu, pahamilah !, setampan apapun lelaki yang kau sukai, sebaik apapun lelaki yang kau cintai, atau segagah apapaun lelaki yang kau sayangi, selama ia belum menjadi suamimu maka jangan biarkan matanya terlalu lama menatapmu, jangan biarkan tangannya dengan mudah menyentuhmu, dan jangan biarkan perhatiannya kau dambakan selalu. Ia bukan siapa-siapa untukmu, ia hanyalah orang asing yang jika kau biarkan terlalu lama bertamu diruang hatimu, ia akan menghancurkan anggunnya kehormatanmu, maka sekali lagi.. rawatlah !, rawatlah kehormatanmu !, biarkan hanya dia yang bermukim abadi diruang hatimu, dia siapa ? dia.. seorang lelaki yang bernama “suami”.

Tengoklah wanita yang namanya terabadikan dalam Al-Quran. Najasyi, para uskup Habsyah dan semua tertakjub dengan wanita. Wanita yang kesuciannya terjaga, yang kehormatannya terawat, ialah Ibunda Maryam.

Namun dizaman sekarang sebenarnya juga banyak wanita yang melahirkan tanpa seorang suami, tetapi bukan kembaran kisah ibunda Maryam. Tetapi memang meraka melakukan perzinahan yang sungguh hati ini bergetar ketakutan saat mengetahui hukuman bagi para pezina.

Allah Subhanahu waTa’ala berfirman, artinya, “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera.” (QS. an-Nur: 2).

Dari Ubadah bin ash-Shamit radiyallaahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ambillah dariku. Ambillah dariku. Allah telah meletakkan jalan untuk mereka. Jejaka dengan gadis cambuk seratus kali dan pengasingan selama setahun. Laki-laki yang sudah menikah dengan wanita yang sudah menikah adalah rajam.” (HR. Muslim).

Itu didunia yang memang disebagian negara belum menggunakan hukum ini, padahal Allah hendak menjaga kesucian Wanita.

Maka duhai wanita, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-Isro':32)”. Jika memang cinta menjadi faktor perzinahan, Allah telah sediakan hadiah bernama pernikahan agar tak terjerumus kedalam nistanya lembah perzinahan.

Duhai putri Hawa !, Jika saat ini engkau masih sendiri, atau masih merindukan sang pangeran datang menjemputmu dengan kereta kudanya, atau memang memilih untuk sendiri karena trauma dengan sakitnya sayatan penghianatan, atau memilih sendiri karena takut jika jodohmu tak seindah mimpimu, dan atau memang ragu untuk bersama dalam mahligai cinta bernama keluarga.

Dengarlah sejenak nasihat ini !

Jika kesendirianmu tersemat karena Allah maka itu lebih baik, seperti Siti Maryam ibunda Isa yang dengan kesendiriannya mampu menulis prasasti kebaikan dalam hidupnya, cahaya kehormatannya selalu terpancar sebab tak pernah ada secuil pun sentuhan kotor dari lelaki yang bukan Mahromnya. Siti Maryam sendiri namun kehormatannya selalu terjaga bak mentari yang selalu menjaga siang agar tak tercuri oleh malam.

Namun pertanyaannya... Mampukah kesendirianmu seperti kesendirianya Siti Maryam ?, saya kira hatimu sudah berbisik jujur bahwa engkau tidak mampu. maka jangan biarkan engkau terlalu lama sendiri hingga rintikan dosa mengguyur helai nafasmu. engkau tak kan bisa bertahan saat sosok gagah lelaki terpandang disorot matamu, engkau tak akan bisa bertahan saat sosok sholeh lelaki mencuri hatimu, dan engkau tidak akan bisa bertahan saat wanita disekelilingmu sudah dipanggil ibu oleh anak-anaknya, dan terpanggil istri oleh suaminya. Ku yakin walau engkau merasa kuat pasti akan ada saatnya engkau benar-benar tak mampu bertahan dalam kesendirian.

Sekali lagi sendiri itu lebih baik jika itu akan menuntunmu menuju syurga-Nya, namun wanita syurga akan menjadi ratu, dan ratu selalu memliki raja, dan raja selalu laki-laki. ini hanya anekdot saja, "engkau tak akan menjadi ratu jika tak bersanding dengan raja"

Duhai putri Hawa, Jika engkau belum siap menabur cinta ditaman pelaminan, maka sendirilah... !, jangan biarkan wajahmu terpandang sembarang lelaki, jangan biarkan tanganmu tersentuh semabarang pria. jangan biarkan tubuhmu terpeluk sembarang raga. Belajarlah menjaga sucinya gaun kehormatanmu.

Dan jika engkau sudah siap merajut asmara cinta dalam bingkai pernikahan, segerakanlah !, terima lamaran lelaki soleh walau engkau belum mencintainya. karena lelaki soleh dengan kebaikannya akan membuatmu jatuh cinta.
Adalah ia, wanita suci yang kelak menjadi madrasah cinta bagi anak-anaknya, menjadi telaga kasih bagi suaminya.

Kesantunan rangkai ucapnya, ketaatan bingkai lakunya, dan kebaikan helai akhlaknya menjadi firdaus yang keindahanya tak sanggup tertembus oleh mata, ia tertembus oleh hati hingga melahirkan senyuman dari rahim cinta.

Adalah ia, wanita suci yang menghidangkan cicipan-cicipan syurga sepagi sepetang bagi raja tergagah bernama suami, sesiang semalam bagi prajurit kecil bernama anak-anak.

Setiap tuturnya menjadi melodi menyejukan, setiap gerak lakunya menjadi irama menghangatkan, dan setiap akhlaknya menjadi istana membahagiakan.

Sudahkah ?, sudahkah engkau menjadi wanita yang kesuciannya terjaga ?.

Sudahkah ?, sudahkah engkau menjadi wanita yang kesuciannya terawat ?.

Semoga kesucian Ibunda Maryam menjadi teladan untukmu, hingga kelak engkau “cipika cipiki” dan berpeluk mesra dengan beliau disyurga-Nya Insya Allah.

0 komentar:

Posting Komentar