Wanita-Wanita Penebar Teladan

Rabu, 25 Juni 2014


Sepandang mata, sedengar telinga, seraba tangan, satapak kaki, serasa asa. Setakjub wanita-wanita yang kehadirannya mensejukan, sapaannya menghangatkan, mereka tertulis dalam bait sejarah sebagai wanita teladan penuntun langkah.
 Adalah Ibunda Asiyah yang keteguhannya merawat iman bagai segumpal karang yang tiada segeserpun terseret amukan ombak. Walau kekasih serumah sekamar bernma Fir’aun  menjadi ujian pertama perjalanan hidupnya, ia tetap kepalkan keistiqomahkan dengan kepalan amat kuat, hingga bidadaripun cemburu atas kecantikan akhlaknya.
Atau Ibunda Hajar yang dengan kekuatan cintnya ia ia mengais ketaatan dari hampar bumi lalu tersampai menuju langit, keringatnya mepertemukan kita dengan segenang zam-zam, keletihannya menjumpai kita dengan taman shafa dan marwah, keikhtiarannya  mensejati yang lahirkan bahagia dari rahim cinta.
 Atau Ibunda Maryam yang namanya terabadikan dalam kitab cinta Al-Quran, gaun kesuciaanya terjaga, sutra kehormatannya terawat. Meski dentuman caci maki menghantam, tetapi kekeuatan imannya mentepok jidatkan setiap ucap keji yang terlontar kewajah sang bunda, kesuciannya tersimpan dalam pesona keteladan.

Selanjutnya wanita bernama Siti Khodijah menjadi teladan sepanjang masa, ia benarkan agama islam sebagai risalah kebenaran, ia dan rosulullah sedayung seperahu mewangikan agama rahmatan lil’alamin itu, kesetiaannya menggandeng rosulullah membuat sepohon cinta kokoh hingga menancap kejantung hati sang Nabi. 

Kemudian wanita paling cerdas ‘Aisyah.  Diusianya yang belum genap 18 tahun ia sanggup melahap ilmu tafsir, meneguk ilmu sejarah, memahami faraidh, riwayatkan 4000-an hadits, & ribuan bait syair tersimpan diotaknya, beliu berparas cantik, seloncat lincah, segunung cemburu, dan pernah terjadi drama iri fitnah yang mensinggahi rumah tangganya bersama Nabi. Tetapi keteladannya tetap mewangi, tetap mengharum. Sepanjang nafas, Sepanjang detak. 

Kemudian sang penebar teladan selanjutnya adalah Fatimah, kehebatannya membungkam kebebalan tawa kaum Quraisy,  “Ayahku Al Amin, akhlaqnya mulia, & tak sekalipun dia pernah rugikan kalian..”, lantang kemarahan sang anak saat ayahnya Nabi Muhammad dilempar kotoran unta, ia mengais sang ayah dengan tangis kasih, ia tuntun sembari membalut luka demi luka yang membesit disekulit sang Ayah, ia bagai putri raja yang gagah berani namun tetap sederhana. Ehm.. ehm, ia pun pandai “mencintai dalam diam”, hingga kisahnya terpampang abadi diatas dinding kehidupan .

Itu adalah mereka wanita-wanita teladan yang terlahir zaman terdahulu, namun tetap auranya mewangi selalu, tak lekang dimakan waktu, tak hilang dicuri masa.

Dimasa kini, saya tuliskan nama Oki Setiana Dewi sebagai peneladan bagi kaum hawa, bukan maksud memuji belebih memuja bekali. Ini hanya dimaksudkan agar teladannya yang bersayap kebaikan, yang melalu seni ia kepakkan keanggunan islam, pesona akhlaknya layak dijadikan buku yang terbaca oleh mata dan hati setiap wanita kala ini.

0 komentar:

Posting Komentar