Duhai engkau
wanita yang terlahir setelah islam, berbahagialah engkau dilahirkan saat oase keadilan
mengusir dahagamu. karena bagaikan serintik hujan, sepercik air, islam telah
mensemikan wanita yang kala sebelumnya terluntang lantung digurun derita, ia
tersengat panasnya siksaan yang tak ada satupun peneduh memeluknya, ia tertusuk
dinginnya direndahkan . Wanita sebelum islam menangis dalam duka yang sungguh
akan keluar air mata kesedihan saat pilunya terceritakan.
Coba perhatikan
bagaimana peradaban Yunani mengasuh wanita dalam timbang belai ketidak adilan,
saat itu kaum wanita dianggap sebagai makhluk kedua, kehormatannya terinjak-injak
kaki bertapak birahi, kemuliaannya tercabik-cabik tangan berkepal nafsu hakiki.
Wanita pada zaman itu
dianggap tiada berguna, tugasnya hanya mengurus rumah dan mensuburkan
keturunan. Jika wanita itu subur agar “dipinjam” lelaki secara bergonta-ganti
demi memperbanyak keturunan. Wanita kala itu hanya dijadikan budak seks dan
pembantu setia kaum laki-laki. Sungguh malang bukan ?, maka duhai engkau wanita
masa kini, Selayaknya engkau tersenyum haru karena terselamtakan islam dari
pasung ketidak adilan.
Coba perhatikan
lagi tangis wanita yang terlahir di zaman Romawi, ia diperlakukan sebagai
barang dagangan. Ayahnya, suaminya, dan atau anaknya berhak menjual wanita, ia
sama sejajar dengan hewan, ia sama sebaris dengan benda. Kala itu wanita
dianggap sebagai air yang menghilangkan dahaga syahwat kaum laki-laki, kebetinaannya menjadi seserak sampah yang
siapapun dapat memungutnya dengan tangan-tangan nafsu.
Tak berhenti
disana, pukulan-pukulan ketidak adilan membabak belurkan kemuliaan kaum wanita
saat itu, ia tak boleh tertawa ceria, pekerjaan terbaiknya hanya diam
tertunduk. Melayani raja-raja bernama laki-laki yang tinggal diistana birahi.
Bahkan tertulis dalam undang-undang yang dikeluarkan oleh anggota Dewan
Tribunal Romawi yang mengharamkan wanita memiliki lebih emas, dan memakai baju
berwarna warni serta menaiki kereta hingga sejauh satu batu dari Roma, kecuali perayaan-perayaan
umum yang tertentu.
Bahkan jika wanita
ditinggal mati suaminya, sang wanita harus “menyusul” mencari kematian, ia
loncat dari tebing tertinggi, atau membakar raga bersama suaminya yang sudah
terbaring tanpa nafas. Sungguh hati ini miris membaca kemalangan wanita pada
zaman itu. Maka duhai engkau wanita yang terlahir dimusim yang disemikan islam,
hendaknya engkau bersujud syukur, engkau dengan bebas dapat tertawa dalam gelak
bahagia. Sungguh islam hadir
sebagai selimut yang menghangatkan dinginnya ketidak adilan.
Selanjutnya coba
kita tengok gubuk derita kaum wanita yang tinggal dizaman Jahiliyah Arab, kekejaman
yang menjambak kaum wanita kala itu tertuliskan dalam Al-Quran
.
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar dengan
kelahiran anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat
marah. “ Surah An Nahl : Ayat
58
“Ia menyembunyikan dirinya dari orang ramai disebabkan buruknya
berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan atakah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup),
ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” Surah An Nahl
: Ayat 59
Begitulah zaman Jahiliyah Arab yang menjadikan wanita sebagai
makhluk menjijikan, bayi yang terlahir namun jenisnya wanita harus terkubur
hidup-hidup, kebejatan yang dilakukan itu hanya demi semurah harga diri. Mereka
menganggap aib memalukan jika terlahir makhluk bernama wanita.
Selain kisah penguburan anak-anak wanita kala itu, sang putri hawa
yang seharusnya terteduhkan rindang cinta dan kebaikan, malah dijadikan hamba
seks, ia layak dan harus melakukan apa saja diatas perintah kaum laki-laki, ia
tidak memiliki secuil pun hak-hak kemanusiaannya, bahkan hak untuk tersenyum
sekalipun.
Sungguh air mata ini selalu meminta tuk menetes jika membaca
sejarah zaman Jahilyah Arab yang menjadikan wanita sebagai manusia terhina.
Maka duhai engkau wanita yang terlahir setelah terbitnya islam,
hendaknya mengucap “Alhmdulillah” atas sinarnya yang telah mengusir gelap kebodohan
dan gempita ketidak adilan. Islamlah yang menciptkan senyuman untuk kaum wanita.
Sepeuhnya, seutuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar