"Memaafkan sambil membuatnya menyesal"

Sabtu, 28 Juni 2014
Engkau yang hidupnya terhianati, mengertilah bahwa sebentuk apapun rasa perih akan mengenalkanmu pada rasa manis. Jangan kau balas... Harusnya engkau berterima kasih, kerena ia telah bersedia membuka topeng muslihatnya dengan tangannya sendiri.

Jika kau terluka jangan sibuk membalas, tetapi sibuklah mengobati. Jika kau sibuk membalas maka luka itu akan bernanah lagi bengkak. Seperti orang yang jarinya luka tertusuk tapi dibiarkan membusuk; diajak jabat tanganpun dia mengaduh jerit, dielus sayang pun dia mengerang sakit.

Maka sembuhkan lukamu dengan senyum memaafkan, sulit memang... tapi itulah cara untuk menyelam sambil meminum air. "Memaafkan sambil membuatnya menyesal"

Ya rabb, luluhkan hati ini agar mudah memaafkan sesama | Aamiin

Doa Malam ini

Doa Malam ini

Ya Allah, saya yang masih sendiri namun belum siap menikah. Maka ajari hamba untuk meng-Anggunkan kesendirian ini, lejitkan semangat belajar, kobarkan bara ikhtiar, kepakan sayap kebaikan. Agar pada saatnya nanti, jodohku membanggakan kesuksesan lahir bathinku.

Ya Allah, saya yang masih sendiri dan ingin segera menikah. Maka ajari hamba menjemput sang kekasih dengan senyum ridho-Mu, jangan biarkan hati ini jatuh cinta pada indahnya wajah, sungguh keindahan wajah akan terpudar termakan waktu. Dan jangan biarkan jiwa ini jatuh hati pada limpahnya harta, sungguh kelimpahan harta akan tercuri kematian.

Ya Allah, saya yang sudah menikah namun pasanganku kurang baik. percikanlah siraman cinta pada gersangnya sahara keluargaku. Jika percekcokan ini adalah salahnya maka ajari ia dengan bingkai ayat-ayatMu, namun jika ini adalah salahku sendiri maka tegurlah aku dengan sapaan hidayahMu.

Ya Allah, saya yang sudah menikah dan pasanganku amat baik. jadikan kebahagiaan ini adalah setapak barakah, yang antarkan kami ketaman sakinah, disana berjajar bunga-bunga mawaddah, lalu sicantik kupu-kupu rohmah terbang mensenyumi.

Ya rabb, hidangkan hamba dengan kelezatan ridho-Mu

Berqoulan Sadiida

Sebagai seorang Guru atau orang tua, terkadang "Qoulan Sadiida" hendak diamalkan.

Saat berkata, "Hey jangan bolos, Allah gak suka lho sama anak yang bolos", sebenarnya siapa yang tidak suka ?, kita atau Allah ?. tanpa sadar dengan ucapan itu kita sudah mencecoki anak dengan pikiran bahwa Allah maha tidak suka. "Ini Allah kenapa sich, dikit dikit gak suka, dikit dikit gak suka", Anak akan mudah bersu'uzhon kepada Allah.

Saat berkata, "Tuh kan nilainya kecil, kamu sih malas belajar", perkataan semacam itu akan membuat si anak berusaha terus menerus menyalahkan sesuatu, kalaupun ia rajin belajar tapi nilainya tetap jelek, ia tidak akan memahami tawakal, ia akan berkata "Tu kan nilai saya kecil lagi, gurunya sih gak bener ngajarnya", ia akan sibuk menyalahkan bukan intropeksi.

Terlalu dimanja juga salah, "Udaaaah, nilai kecil gapapa, nanti bisa besar ko", mungkin maksud kita agar anak tidak sedih, tetapi taukah ucapan itu akan membuatnya lemah, segala sesuatu yang belum ia selesaikan akan diakhiri dengan ucapan "Ah Sudahlah, nanti juga...." ia tidak akan paham fungsi Ikhtiar.

Semoga Allah menuntun lisan kita, agar benar dalam bercakap, agar baik dalam berucap, Berqoulan Sadiida (perkatan yang benar)

Sejantan Salman dan Sejujur Ummud Darda

Duhai Lelaki renungilah kata-kata ini.....

Jadilah engkau lelaki sebijak Salman Al-Farisi, ia tak paksakan wanita yang dicintainya untuk membalas mesra perasaan cintanya, saat ditolak Ummu Darda ia tetap mensenyum tulus, ia tetap membahagia ikhlas.

jika sang pujaan hendak menolakmu dan memilih lelaki lain ucapkanlah....

"Terima kasih ukhti, aku lebih suka melihat engkau bahagia kerena bisa menolakku, daripada melihat engkau menderita kerena terpaksa menerimaku"

Duhai Wanita renungilah kata-kata ini....

Jadilah engkau wanita sejujur Ummud Darda, ia menolak lamaran lelaki sesoleh Salman Al-Farisi, penolakan bukan karena birahi memandang yang lain lebih tampan atau kaya. Tetapi ia menyampaikan bahwa berbicara jujur meski menyakitkan lebih baik daripada berbicara bohong meski membahagiakan.

Jika tak menyukainya jujurlah mengucapkan...

"Maaf Akhi, mungkin Allah hendak mempersiapkan wanita yang lebih baik dari ana, semoga penolakan ini tidak mencerai beraikan pesaudaran kita, ana harap antum memaklumi dengan senyuman ketulusan"

Saat Cinta Terjatuh

Saat hati terjatuh dalam sandungan cinta, mungkin lebih baik berpisah sementara. Menyendiri seperti kepompong, memperbaiki, memantaskan diri, manata hati. Agar saat tiba waktunya, cinta itu akan tersemi mensenyumi dunia, lalu sakinahnya dirindui syurga.

Adalah fitrah seseorang jatuh cinta, tetapi jika belum siap ungkapkan lewat deklarasi halal maka tengoklah mentari. ia begitu mencintai bumi, tanpa pamrih ia sinari sepagi sampai sepetang, seembun sampai sesenja. Tetapi bijaknya, sang mentari tidak berani mendekati bumi, ia faham jika mendekat hanya akan membinasakan sang bumi yang ia cintai.

Seperti shaum, kesabaran itu menanti berbuka, nikmat saat hidangannya tersantap raga yang dahaga. Begitupun, menanti cinta yang halal adalah kesabaran, lalu berbuka dengan cicipan pelaminan akan terbitkan bahagia dari ufuk senyuman, serindang cinta

Terkadang Menangis itu Memang Perlu.

Hari ini aku mulai tersadar, bahwa terkadang menangis itu memang perlu.

Seperti menangis dikala menjumpai dosa diri yg sudah menyamudera. Seperti menangis dikala bakti pada orang tua telah mensemut. Seperti menangis dikala umur semakin merambat menuju kematian.

Saya justru heran, kenapa sebagian kaula muda malah ber-alay ria dengan menangis hanya karena masalah cinta.

Pemuda Pemudi Malang

Saya kasihan dengan sebagian anak muda yg sedang dimadu cinta. Pasang PP berduaan, sayang-sayangan dipublik, atau "status berpacaran" dipajang dengan bangga. Romantiskah ?

Kita memahami bahwa cinta adalah fitrah, tapi kita lupa... bahwa terkadang fitrah jua adalah ujian, dan kebanyakan tidak lulus saat mengerjakan ujian yg satu ini.

Dia bukan siapa-siapa kamu, jika memang cinta maka bijaklah. Jangan biarkan engkau dengan tanganmu sendiri menjerumuskannya kelembah kebodohan, kejurang kemaksiatan.

Satu lagi, realitasnya... Banyak pasangan muda yg bercerai karena terlalu sibuk berlebay ria. ia kurang faham, bahwa hidup tidak melulu berbicara masalah cinta.

Semoga kita tak termasuk pemuda-pemudi semalang itu

Si Centil Perebut Cinta

Ko ada yah... seseorang yg malah kecentilan karena berhasil merebut pasangan orang lain.

Ini ibarat pencuri bodoh yg riang bahagia karena berhasil mencuri seekor kecoa

Sebenarnya perebut milik orang bukan sedang berbahagia diatas penderitaan orang lain, tapi justru menderita diatas kebahagiaan orang lain.

Karena sang penghianat sedang masuk kerumahnya, sedang ia keluar dari rumah sebelumnya.

Makanan Paling Nikmat

"Sungguh.... tiada makan malam paling nikmat, selain makan malam bersama keluarga"

Semoga diselusa hari, dapat sahur dan berbuka bersama keluarga tercinta.

Selamat datang bulan cinta

Selamat datang bulan cinta

Semoga dengannya hati lirih menjadi bersih, ucap ambigu menjadi bermutu, akhlak tercela menjadi terpuja, dan ibadah biasa menjadi seluar biasa.

Selamat datang bulan cinta

Semoga genang dosa terkurasi, kering pahala terhujani, dan hampa bahagia terdekapi

Selamat datang bulan cinta

Semoga pelukannya menyadarkan setiap insan, bahwa cinta sejati adalah bilamana Allah, menjadi damba kerinduan disetiap hari

Taqobballahu Minna Waminkum Wataqobbal Yaa Kariim

Selayak Derai Tangisan

Aneh.... Wanita sering kali menangis duka saat dicampakan seorang penghianat, padahal harusnya ia tersenyum membahagia karena....

Ia yg dihianati hanya berpisah dengan orang yg TIDAK mencintainya, sedang si penghianat malah berpisah dengan orang yg TULUS mencintainya.

Sudah yah.... Tangisanmu hanya layak berderai jika kehilangan orang baik

Wanita semulia Khodijah





Tertakjub disejuta helai nafas, dikala mendengar melodi-melodi kisah Ibunda Khodijah yang sya’irnya mengirama, yang lantunnya syahdu menjelita, dan yang liriknya indah mempesona.

Adalah beliau istri pertama sang cahaya pengusir pegelapan Rosululah SAW, Ummul Mukminin Khodijah ini terlahir lima belas tahun sebelum tahun Gajah. Ia bagai mutiara disebumi lumpur, bagai melati disegersang tandus, bagai bintang diselangit malam. Ia wanita yang terkenal suci, mulia, dan terhormat dikota jahiliyyah sebelum kelahiran sang Rosul.

Khodijah adalah Bisnis Women kala itu, kekayaannya berlimpah, pun kedermawaan meruah. Saudagar ini dipinang hati dan raganya oleh Baginda Rosul saat ia menjadi janda berusia empat puluh tahun, Rosul yang saat itu berusia dua puluh lima tahun terhangatkan selimut kemuliaan sang khodijah, cinta pertama terbaik ini selalu sekata seucap, seiya sebenar dengan apa yang tersampai dan terlaku suaminya. Rosulullah Muhammad SAW. 

“Sesungguhnya di (Khodijah) adalah sebaik-bainya teman hidup”, Masha Allah, begitulah ungkap cinta dari Rosul sang penebar senyum disemesta alam.

Dialah insan pertama yang membenarkan islam saat diserukan Rosulullah, wanita ini kemuliaannya tiada tertandingi. Beliau adalah selimut dikala Nabi kedinginan tertusuk angin ujian saat menyusuri jalan dakwah, beliu adalah peneduh saat serintik hujan cobaan mengguyur sang suami. Lalu Allah menghadiahkan kabar gembira kepadanya melalui Rosulullah “Akan diberikan kepadanya rumah disyurga  yang tidak ada kebisingan dan tidak ada rasa capek didalamnya”

Khodijah binti Khuwaliid bin Asad Al-Qurasiyiyah Al-Asadiyah adalah ibunda kaum Mukminin. Kemuliaannya tercantum dalam catatan Adz-Dzahabi “Khodijah seorang yang sangat berakal lagi terhormat, teguh beragama, terjaga dari sifat keji, beliau mulia, yang termasuk penghuni syurga. Adalah Rosulullah Muhammad biasa memujinya dan mengutamakan dirinya dari istri-istrinya yang lain”

Khodijah begitu dicintai Rosulullah, dan serasa cinta yang melaut dalam, menyamudera luas itu membuat Ibunda Aisyah cemburu, “Aku tidak pernah cemburu terhadap madu yang lainnya melebihi kecemburuanku pada Khodijah, dikarenakan saking seringnya Nabi Muhammad menyebut-nyebut nama Khodijah”. Ini padahal Khodijah telah wafat sebelum sang nabi meminang Aisyah. Begitulah, Khodijah yang kemuliaannya selalui dicintai siapapun yang ikhlas mencicipi keteladannya. 

Khodijah adalah pionir terdepan dalam membantu dakwah rosulullah. harta ia korbankan, pikiran ia sampaikan, tenaga ia pergunakan. Maka sangat layak dirinya terjanjikan Syurga oleh Allah SWT.

Keteladananya sebagai seorang wanita sekaligus istri dan Ibu patut kita tiru, lisannya begitu santun bermutu, jauh dari ucapan sesampah ambigu. Prilakunya anggun bermakna, jauh dari gerak penuh dosa. Kesabaran yang luas meng”sahara”, ketaatan yang tinggi meng”everest” , dialah wanita sebenar-benarnya kemuliaan.
Maka duhai engkau wanita yang semoga kemuliaan khodijah tersungai kemuara hidupmu, cobalah mangasah kisah sang bunda untuk kemudian terlangkahkan dalam sejejak demi sejejak kehidupanmu.

Khodijah memang kala sebelum menjadi istri Rosul adalah janda, tetapi beliau tidak menggalau melamun penuh duka, justru beliau menjadi sesosok wanita yang disegani. Hal itu terjadi kerana sang bunda sedetik semenit menjalani hidup dengan terus menata akhlak, meniti iman. Apapun gelar yang tersandang, janda maupun gadis, jikalah sibuk mendadani hati maka aura cantiknya akan memikat lelaki soleh untuk bermukim abadi dihati. Seperti Rosulullah bermukim dihati khodijah dengan membawa bingkisan cinta, cinta yang tiada pernah berhenti walau kematian mempisahi. 

Keteladan selanjutnya yang perlu kita curi dari kamar hidup sang Khodijah adalah liontin kemandirian yang terkalung dalam sedetak sedetik kehidupannya. Ialah wanita yang membuktikan kepada khalayak insan, bahwa “Man Jadda Wa Jada” adalah seikat kata guna meraih kesuksesan yang menceriakan hidup. Beliau saudgar kaya, sebagai bukti bahwa wanita bukanlah makhluk bodoh lagi lemah, jikalah wanita sanggup menjemput rizkinya dengan tangan-tangan ikhtiar yang bergandeng dengan kodratnya, maka sungguh harta akan berebut untuk singgah disakunya. Apalagi ditambah dengan keanggunan akhlak, para dokter diseluruh dunia akan memvonisnya sebagai wanita paling bahagia. Ia bukan sekedar menguasai dunia, tapi kaki nya pun hendak sampai ke taman syurga.

Kemudian, keteladan Siti Khodijah adalah beliau yang walau kaya tetapi tidak mencari jodoh lewat wajah-wajah tampan, maupun kantong-kanton mapan. Beliau sadar, jika mencintai lelaki hanya karena ketampanan saja, maka disekemudian hari sang dedaunan tampan akan tergerogoti ulat uban dan serangga keriput. Juga jikalah mencintai lelaki hanya karena kekayaan saja, maka disekemudian waktu sang harta akan hilang dicuri kematian. Beliau lebih memlih lelaki sederhana bernama Muhammad SAW, karena cinta itu datang terpikat akhlak sang Nabi, maka benar adanya, kita hendaklah memilih pendamping yang soleh. Lelaki soleh yang mencintaimu maka dengan segenap nafasnya ia akan membahagiakanmu, tetapi jika lelaki itu tidak mencintaimu maka kesolehannya tidak akan pernah menyakitimu. Pun jikalau engkau yang tidak mencintainya, maka kebaikan demi kebaikan yang kelak ia berikan kepadamu akan membuat hatimu terjatu dalam pelukannya cintanya, sepenuh kasih, serindang cinta.

Ehm... Kisah bagaimana Khodijah menjembut jodoh sejatinya begitu memesrai jiwa, dimasa kini wanita merasa gengsi jika harus “menembak” duluan kepada seorang lelaki. Tidak dengan Khodijah, sekalipun beliau wanita tetapi dirinya tidak merasa malu. Beliau hendak menikah, dan menikah samalah melakukan kebaikan, jadi kenapa harus malu kalau untuk sebuah kebaikan ?. Maka jika engkau ingin menitipkan senyummu kepada seseorang yang kau yakini kebaikannya, maka bolehlah menyatakan dulua, usah gengsi apalagi malu. Jika diterima maka bersiaplah merayakan cinta, jika ditolak maka bersiaplah merayakan bahagia. Lho ko ?, ya iya, kebahagian itu adalah dimana kita berhasil melakukan suatu kebaikan yang tidak semua manusia bisa melakukannya.Seperti seorang petani miskin diberi kesempatan menunaikan haji, ia bahagia sangat karena tidak semua petani miskin seberuntung dia yang dapat melakukan kebaikan. 

Terakhir, petiklah hikmah dari serindang pohon kebaikan Ibunda Khodijah, walaupun ia wanita terhormat dan kaya raya, tetapi beliu tidak pernah sombong. Bahkan dirinya terkenal sebagai wanita paling dermawan. Meski ia lebih kaya dari suaminya tetapi ketaatannya tidak mennguap, ia faham betul tugasnya sebagai seorang istri, yaitu taat dan patuh kepada sang suami agar terjalin harmoni. Demi melukis bahagia diatas kanvas bumi, lalu keindahan lukisan itu terpampang di istana Syurgawi.

Maka teruslah, percantik hati dengan “lipstik” kemuliaan, “bedak” kehormtan”, dan “masker” ketaatan. Semoga hidupmu semulia Khodijah, semulia cinta.

Wanita Secerdas Aisyah




Rosulullah memadu asmara halal dengan gadis cantik bernama Aisyah, wanita ayu  yang dilahirkan empat tahun sebelum Nabi SAW diutus menjadi seorang rosul. Sang gadis itu bermain lincah berlincah main ketika  masa kanak-kanak, kelincahan itu bagai bibit yang melincahkan daya pikir dan daya ingat Ibunda Aisyah semasa depannya.

Dua tahun setelah ibunda Khodijah wafat tersapa wahyu dari Allah agar sang Nabi menikahi si anak riag Aisyah. Wahyu itu tersampaikan melalui selembar sutra yang dibawa malaikat jibril lewat senafas mimpi. “Ini adalah istrimu”, ucap Jibril. Lalu sang Nabi menjawab dengan lisan ketaatan, dengan bibir ketundukan, “Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana”. 

Aisyah yang saat itu belum genap berusia sepuluh tahun dipinang oleh baginda rosulullah, kaum masa kini yang bersahabat dengan kebodohannya menjadikan pernikahn beda usia ini sebagai bulan-bulanan fitnah. Padahal Rosul tidak akan menikah dengan dan kapan tanpa seizin Allah, maka selain memupuk cinta, pernikahan rosul adalah jalan dakwah untuk menuntun manusia menuju seindah pelabuhan firdaus. Dan terbukti, pinangan rosul tidak membuat Aisyah tertunduk menolak, justru ia seriang seceria menyambut cinta yang mengabadi hingga ke syurga.

Mas kawin 500 dirham menjadi saksi terbingkainya uluran cinta yang penuh lika liku, romansa indah, kecemburuan sang istri manja yang melangit, atau badai fitnah yang sempat menghantam tawa keluarga barakah itu, semua kisahnya membuat semiliar manusia cemburu akan bidak biduk keromantisan dua insan mulia ini. Aisyah tinggal merajut belai kasih dikamar samping Masjid Nabawi, dikamar sakinah itulah turun berhujan rintikan wahyu yang sampai detik ini manfaatnya masih terkecup manis, masih tercium wangi.  Dan akan selamanya manis, dan akan seutuhnya wangi. 

Aisyah adalah ummul Mukminin Ummu Abdillah, Shiddiqoh binti Shiddiqul Akbar, berjuta teladan hendaknya kita contek untuk lebih mensenyumi hidup ini dengan rekahan ridho Allah SWT.

Dikala memadu rumah tangga dengan sang Rosul, Aisyah adalah sosok yang begitu “rakus” akan ilmu, begitu haus akan pengetahuan, dan begitu rajin akan menimba pelajaran. Lautan ilmu ia kuras segayung demi segayung, berbagai bidang ilmu ia pegang untuk kemudian disampaikan guna mengukir kemanfaatn umat. Ia lahap ilmu Al-Quran dan tafsirnya, ia kuasai ribuan hadist, ia pahami pengetahuan fiqh, sastra bahasa arab pun tak luput ia kuasai, bahkna seni dan syair kala itu ia hafal. Satu kata, Menakjubkan.

Begitulah sang Aisyah memberikan kuliah umum kepada wanita-wanita khususnya masa kini. Bahwa kecerdasan, kepintaran, atau penguasaan ilmu bukan hanya milik kaum laki-laki. Wanita harus cerdas, karena madrasah pertama bagi segelumat manusia adalah wanita yang biasa terpanggil Ibu. Jikalah wanita didunia ini memilih menjadi bodoh, maka benar adanya, Dunia akan diisi senafas sedetak manusia bodoh. 

Kecerdasan seorang Aisyah membuatnya bergelar sebagai Al-Mukassirin (orang yang paling banyak meriwayatkan hadist), 297 hadist dalam kitab shahihain dan 174 hadist yang mencapai derajat muttafaq ‘alaih, dengan begitu hampir 2210 hadist beliu hafal. Beliu adalah penghafal hadist setelah Abu Hurairah, Ibn Umar, Anas bin Malik, dan Ibn Abbas. Kecerdasan luar biasa, dan keluar biasaan itu tidak didapat dari berdiam menopang dagu, tetapi bergerak menopang segerak ilmu. Masya Allah.

Maka duhai engkau wanita yang semoga kecerdasan Ibunda Aisyah menyelinap masuk keruang nafasmu, dengarlah keteladan Aisyah dengan telinga amal. Engkau seharusnya berikhtiar untuk menjadi wanita dan ibu yang cerdas. Tugasmu bukan sekedar memasak, tentu koki yang lebih tepat, tugasmu bukan sekedar menyapu, tentu pembantu yang lebih siap, tugasmu bukan sekedar menungguai rumah, tentu satpam yang lebih faham. Tugasmu adalah menjadi manager rumah tangga, agar perjalannya mulus, agar pahala terinvesati memiliar, agar dengan ilmu yang kau punya dapat bergandeng dengan suami, dan agar kecerdasan yang dimiliki menjadi sarana mendidik buah hati tercinta.

Jadilah profesor rumah tangga yang siap membantu suami dengan kesamudraan ilmu, jadilah dosen dalam rumah yang siap mencetak kader-kader Robbani yang bervisi duniawai sekaligus ukhrowi.
Juga, wanita harus berperan aktif membina umat, ranah dakwah wanita bukan hanya didalam rumah. Tetapi bagaimana memastikan bahwa diranah publik pun bisa berbicara banyak, guna menata keserakan taman bumi yang kita injak.

Sungguh tak terbayang jika wanita memilih menjadi manusia bodoh, tentu dunia ini akan semakin bodoh. Timbalah ilmu dengan semangat mendayu dayu, sekolahlah setinggi-tingginya, pesantrenkan diri dengan sebenar-benarnya. Wanita harus siap menjadi partner pemimipin keluarga bernama suami, agar keluarga itu membahagia didunia, menertawa disyuga. Serindang cinta.

Dan sekali lagi, jadilah wanita yang berbicara banyak diranah publik. Yang kesntunan ucapnya menjadi teladan, yang kebaikan akhlaknya menjadi kemanfaatan. Ucapnya didengar, sorotnya ditatap, geraknya ditiru, dan tentu hidupnya bagai sepohon pisang. Kita tahu pohon pisang jika sudah berbuah tak akan berbuah lagi, akan tetapi pohon pisang selalu melahirkan tunas untuk mencipta buah dikemudian lusa. Engkau sebagai manusia yang nafasnya sedang merambat menuju pintu kematian, sebelum nafas menghela pulang maka berikankanla tunas kebaikan, dan sungguh tunas itu tak akan terberi jika engkau hanya tersebut sebagai manusia bodoh.

Duhai engkau wanita, selain kecerdasan yang luar biasa, Ibunda Aisyah juga sosok yang amat tegas dalam menerapkan hukum Allah. Kala itu banyak wanita-wanita pelanggar syariat, dengan berbekal ilmu ia tegur dengan teriak ketegasan. Pun begitu dengan dirimu, tegaslah saat ilmu yang kau miliki mengatakan bahwa ada yang salah didepan sorotan matamu. Tegurlah dengan ucap santun, tegurlah dengan laku anggun.

Putri hawa, engkau yang adalah nafas pertama yang helanya dirasakan manusia, semuanya berawal darimu. Peradabaan tergagah tergantung dari belai didikmu. Jika tak ada ilmu yang bernaung dikepalamu maka terpastikan bumi ini akan hancur, moral akan semakin tercurat keburukan dan tercoret kejahatan. 

Maka jadilah, jadilah wanita secerdas Aisyah. Namun bila mana menyamainya sesuatu yang tidak mungkin...........

Cukup ikhtiarkan dengan belajar, dengan belajar, dan dengan belajar. Serindang tulus, sesamudra keikhlasan, demi terciptanya keindah keanggun serekah senyuman. Disehampar bumi.


Wanita sehebat Fatimah

Rabu, 25 Juni 2014


Fatimah Az-Zahra dilahirkan pada tahun ke-5 setelah Muhammad saw diutus menjadi Nabi, bertepatan dengan tiga tahun setelah peristiwa Isra' dan Mikraj beliau.  Ia lahir pada hari Jumat, 20 Jumadil Akhir, di kota suci Makkah. Dan dimulailah sang penghulu syurga itu (Insya Allah) dengan bara keberaniannya dan dingin kesederhanaannya menyatu menghangatkan senafas detak, sedetak nafas.

 “Wahai ‘Aisyah, jika engkau tahu apa yang aku ketahui tentang Fatimah, niscaya engkau akan mencintainya sebagaimana aku mencintainya. Fatimah adalah darah dagingku. Ia tumpah darahku. Barang siapa yang membencinya, maka ia telah membenciku, dan barang siapa membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku.”, itulah seobrol sebincang Nabi tentang Fatimah pada istrinya, ini menunjukan betapa sang Nabi mencintai putrinya itu dengan cinta yang teramat luas.

Ketika Ibunya siti Khodijah melambai tangan meninggalkan dunia, Fatimah yang saat itu baru berusia 6 tahun. Dengan tangan ikhlas merawat sang Ayah Rosulullah Muhmmad, ia gantikan peran ibunya demi marawat senyuman sang Ayah.

Ketika petir ujian menggelegar bersama guyuran hujan caci maki membasahi sang Nabi, Fatimah yang wajahnya lembut berdiri berpasang badan segagah seberani memarahi para pencaci, hingga tawa-tawa sombong kaum Quraiys terbungkam dengan keberanian si gadis belia itu. Cintanya kepada sang Ayah adalah cinta yang sejati, waktu remaja tak ia gunakan untuk mencentil ria, menglebay ceria, atau mengalay suka. Ia gunakan waktu emas itu untuk berbakti menghadiahkan cinta bagi sang Ayah.

Rosulullah terlempar kotoran unta, sang Az-Zahra ini menangis pedih sembari mengusap memebersihkan wajah rosulullah. Pun ketika bebatuan menampar sang rosul hingga luka demi luka datang berlarian. Fatimah setia membalut, mengobati luka itu. Ia bagai air dan mentari, keduanya tumbuhkan sepohon senyum sang Nabi.  Untuk itu, Rasulullah saw memanggilnya dengan julukan Ummu Abiha, yaitu ibu bagi ayahnya, karena kasih sayangnya yang sedemikian tercurah, sedemikan terpercik kepada ayahandanya.

Kisah cintanya pun tak luput dari sorotan keteladan. Saat usianya meremaja mulailah ia diperkenalkan dengan seasma cinta, tetapi ia pandai menyembunyikan serasa itu, “mencintai dalam diam”, bahkan katanya setanpun terperangah tak tahu menau tentang satu rasa yang hinggap dihati gadis itu.

 Cinta bagai angin yang berhembus, kedatangannya tak bisa ditepis, ia tak terlihat namun dahsyat terasa, panahnya menusuk kedalam jantung hati hingga detakannya tergeletak tak berdaya, dan berharap si dia mengulurkan tangannya agar dapat berdiri diatas tapak bahagia.

 

Perasaan cinta itu hinggap namun tak sanggup terdeklarasikan dalam kata. Maka ada istilah "Mencintai dalam Diam".

 

Fatalnya... banyak diantara kita menggunakan istilah itu untuk menari diatas panggung kesalahan atas nama cinta, memandangi wajah sang pujaan dari kejauhan, melihat foto dan wall FB nya, menghayal hidup bersamanya. Indah memang, tetapi itulah penipuan yang hanya akan merugikan mahalnya waktumu.

 

Maka mencintai dalam diam bukan berarti harus memperhatikannya, seharusnya kita  memantaskan agar hidup bersama sang pujaan menjadi sebuah kenyataan. berdoa, mengadukan curahan hati pada Allah, dan semakin taat pada-Nya, itu adalah cara terbaik "mencintainya dalam diam"

 

Sadarilah,... Ketika engkau mencintai, yang harus kau lakukan adalah menempatkan Allah dihatimu, karena ketika Allah jatuh cinta pada ketaatanmu, segala doa kan terkabul, sekala pinta kan diberi. Dan Insha Allah.. ia yang kau cintai akan menjemput rasamu dalam belai pelaminan.

Begitulah seni "mencintai dalam diam" ala Fatimah Az-Zahra.

Wajahnya yang elok dan pesona akhlaknya yang mewangi membuat para pria terhormat menggantung harap, mereka impikan memiliki istri putri manusia paling mulia itu. Namun penolakan demi penolakan tersampaikan, Rosul sedang menunggui petunjuk Allah untuk menentukan siapa pangeran terbaik bagi putrinya itu.

Banyak lelaki yang tertolak, bahkan lelaki semulia Abu Bakr atau seterhormat Umar Bin Khottob pun harus menerima taqdir tak bisa bersanding dengan Fatimah. Lalu siapakah yang akan uluran tangan cintanya tersambut ?.

Yah, Laki-laki itu adalah Ali bin Abi Thalib, sang pemeluk islam pertama dari kalangan anak-anak ini melamar Fatimah dengan rona malu-malu, ia menyadari tiada punya apa-apa. Namun cinta bagaikan angin yang berhembus, tiada alasan apapun, hembusannya tak bisa ditepis. Ia menyapa sipapun yang ada dihadapnnya. Tak terlihat memang, namun rasanya dahsyat melangit
.
“Wahai Fatimah, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang telah kau kenali kekerabatan, keutamaan, dan keimanannya. Sesungguhnya aku telah memohonkan pada Tuhanku agar menjodohkan engkau dengan sebaik-baik mahkluk-Nya dan seorang pecinta sejati-Nya. Ia telah datang menyampaikan pinangannya atasmu, bagaimana pendapatmu atas pinangan ini?", tanya sang Nabi pada Fatimah. 

Fatimah lalu menjawab dengan diam, lalu Rasulullah pun mengangkat suaranya seraya bertakbir, “Allahu Akbar! Diamnya adalah tanda kerelaannya”. Ternyata sang gadis menerima pinangan pemuda itu, Ali bin Abi Thalib.

Kemudian diacara pernikahan keduanya, Nabi saw menuntun Ali dan mendudukkannya di samping Fatimah. Beliau berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya keduanya adalah makhluk-Mu yang paling aku cintai, maka cintailah keduanya, berkahilah keturunannya, dan peliharalah keduanya. Sesungguhnya aku menjaga mereka berdua dan keturunannya dari setan yang terkutuk.” 

Rasulullah mencium keduanya sebagai tanda ungkapan selamat berbahagia. Kepada Ali, beliau berkata, “Wahai Ali, sebaik-baik istri adalah istrimu.”. Dan kepada Fatimah, beliau menyatakan, “Wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah suamimu”.

Dimalam berpengantin, Fatimah menyempatkan untuk meromansa dalam canda. 

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda”, ‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”. “Barakallah Laka Wa baarakallahu alaika… Wa jama’a bainakumaa bi khaiir…”, perayaan cinta yang indah, begitu mempesona.
Selanjutnya Fatimah dan Ali merajut rumah cinta dengan rajutan taqwa, saling memahami, tolong menolong, dan saling menghormati. Keduanya bahagia karena tertuntun keimanan, tergandeng ketaqwaan.
Hasan, Husain,  Zainab, dan Ummu Kultsum. Adalah putra putri yang terlahir dari rahim Fatimah, mereka terdidik dengan madrasah cinta yang dibangun sang Fatimah.
Duhai engkau wanita yang semoga keteladan Fatimah hinggap disetiap detak jantungmu, jadilah wanita sesolehah fatimah. Walau sulit menyamai tetapi ikhtiar harus ramai diperbincangkan, berusaha harus rajin didendangkan.
Adalah Fatimah sang teladan, wanita solehah yang menjadi madrasah cinta bagi anak-anaknya, menjadi telaga kasih bagi suaminya.

Kesantunan rangkai ucapnya, ketaatan bingkai lakunya, dan kebaikan helai akhlaknya menjadi firdaus yang keindahanya tak sanggup tertembus oleh mata, ia tertembus oleh hati hingga melahirkan senyuman dari rahim cinta.

Adalah Fatimah sang teladan, wanita solehah yang menghidangkan cicipan-cicipan syurga sepagi sepetang bagi raja tergagah bernama suami, sesiang semalam bagi prajurit kecil bernama anak-anak. Setiap tuturnya menjadi melodi menyejukan, setiap gerak lakunya menjadi irama menghangatkan, dan setiap akhlaknya menjadi istana membahagiakan.
Maka ikhtiarkan diri menjadi Fatimah selanjutnya, sepenuh kasih, seutuh cinta.

.

Wanita-Wanita Penebar Teladan



Sepandang mata, sedengar telinga, seraba tangan, satapak kaki, serasa asa. Setakjub wanita-wanita yang kehadirannya mensejukan, sapaannya menghangatkan, mereka tertulis dalam bait sejarah sebagai wanita teladan penuntun langkah.
 Adalah Ibunda Asiyah yang keteguhannya merawat iman bagai segumpal karang yang tiada segeserpun terseret amukan ombak. Walau kekasih serumah sekamar bernma Fir’aun  menjadi ujian pertama perjalanan hidupnya, ia tetap kepalkan keistiqomahkan dengan kepalan amat kuat, hingga bidadaripun cemburu atas kecantikan akhlaknya.
Atau Ibunda Hajar yang dengan kekuatan cintnya ia ia mengais ketaatan dari hampar bumi lalu tersampai menuju langit, keringatnya mepertemukan kita dengan segenang zam-zam, keletihannya menjumpai kita dengan taman shafa dan marwah, keikhtiarannya  mensejati yang lahirkan bahagia dari rahim cinta.
 Atau Ibunda Maryam yang namanya terabadikan dalam kitab cinta Al-Quran, gaun kesuciaanya terjaga, sutra kehormatannya terawat. Meski dentuman caci maki menghantam, tetapi kekeuatan imannya mentepok jidatkan setiap ucap keji yang terlontar kewajah sang bunda, kesuciannya tersimpan dalam pesona keteladan.

Selanjutnya wanita bernama Siti Khodijah menjadi teladan sepanjang masa, ia benarkan agama islam sebagai risalah kebenaran, ia dan rosulullah sedayung seperahu mewangikan agama rahmatan lil’alamin itu, kesetiaannya menggandeng rosulullah membuat sepohon cinta kokoh hingga menancap kejantung hati sang Nabi. 

Kemudian wanita paling cerdas ‘Aisyah.  Diusianya yang belum genap 18 tahun ia sanggup melahap ilmu tafsir, meneguk ilmu sejarah, memahami faraidh, riwayatkan 4000-an hadits, & ribuan bait syair tersimpan diotaknya, beliu berparas cantik, seloncat lincah, segunung cemburu, dan pernah terjadi drama iri fitnah yang mensinggahi rumah tangganya bersama Nabi. Tetapi keteladannya tetap mewangi, tetap mengharum. Sepanjang nafas, Sepanjang detak. 

Kemudian sang penebar teladan selanjutnya adalah Fatimah, kehebatannya membungkam kebebalan tawa kaum Quraisy,  “Ayahku Al Amin, akhlaqnya mulia, & tak sekalipun dia pernah rugikan kalian..”, lantang kemarahan sang anak saat ayahnya Nabi Muhammad dilempar kotoran unta, ia mengais sang ayah dengan tangis kasih, ia tuntun sembari membalut luka demi luka yang membesit disekulit sang Ayah, ia bagai putri raja yang gagah berani namun tetap sederhana. Ehm.. ehm, ia pun pandai “mencintai dalam diam”, hingga kisahnya terpampang abadi diatas dinding kehidupan .

Itu adalah mereka wanita-wanita teladan yang terlahir zaman terdahulu, namun tetap auranya mewangi selalu, tak lekang dimakan waktu, tak hilang dicuri masa.

Dimasa kini, saya tuliskan nama Oki Setiana Dewi sebagai peneladan bagi kaum hawa, bukan maksud memuji belebih memuja bekali. Ini hanya dimaksudkan agar teladannya yang bersayap kebaikan, yang melalu seni ia kepakkan keanggunan islam, pesona akhlaknya layak dijadikan buku yang terbaca oleh mata dan hati setiap wanita kala ini.