Wanita Secerdas Aisyah

Sabtu, 28 Juni 2014



Rosulullah memadu asmara halal dengan gadis cantik bernama Aisyah, wanita ayu  yang dilahirkan empat tahun sebelum Nabi SAW diutus menjadi seorang rosul. Sang gadis itu bermain lincah berlincah main ketika  masa kanak-kanak, kelincahan itu bagai bibit yang melincahkan daya pikir dan daya ingat Ibunda Aisyah semasa depannya.

Dua tahun setelah ibunda Khodijah wafat tersapa wahyu dari Allah agar sang Nabi menikahi si anak riag Aisyah. Wahyu itu tersampaikan melalui selembar sutra yang dibawa malaikat jibril lewat senafas mimpi. “Ini adalah istrimu”, ucap Jibril. Lalu sang Nabi menjawab dengan lisan ketaatan, dengan bibir ketundukan, “Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana”. 

Aisyah yang saat itu belum genap berusia sepuluh tahun dipinang oleh baginda rosulullah, kaum masa kini yang bersahabat dengan kebodohannya menjadikan pernikahn beda usia ini sebagai bulan-bulanan fitnah. Padahal Rosul tidak akan menikah dengan dan kapan tanpa seizin Allah, maka selain memupuk cinta, pernikahan rosul adalah jalan dakwah untuk menuntun manusia menuju seindah pelabuhan firdaus. Dan terbukti, pinangan rosul tidak membuat Aisyah tertunduk menolak, justru ia seriang seceria menyambut cinta yang mengabadi hingga ke syurga.

Mas kawin 500 dirham menjadi saksi terbingkainya uluran cinta yang penuh lika liku, romansa indah, kecemburuan sang istri manja yang melangit, atau badai fitnah yang sempat menghantam tawa keluarga barakah itu, semua kisahnya membuat semiliar manusia cemburu akan bidak biduk keromantisan dua insan mulia ini. Aisyah tinggal merajut belai kasih dikamar samping Masjid Nabawi, dikamar sakinah itulah turun berhujan rintikan wahyu yang sampai detik ini manfaatnya masih terkecup manis, masih tercium wangi.  Dan akan selamanya manis, dan akan seutuhnya wangi. 

Aisyah adalah ummul Mukminin Ummu Abdillah, Shiddiqoh binti Shiddiqul Akbar, berjuta teladan hendaknya kita contek untuk lebih mensenyumi hidup ini dengan rekahan ridho Allah SWT.

Dikala memadu rumah tangga dengan sang Rosul, Aisyah adalah sosok yang begitu “rakus” akan ilmu, begitu haus akan pengetahuan, dan begitu rajin akan menimba pelajaran. Lautan ilmu ia kuras segayung demi segayung, berbagai bidang ilmu ia pegang untuk kemudian disampaikan guna mengukir kemanfaatn umat. Ia lahap ilmu Al-Quran dan tafsirnya, ia kuasai ribuan hadist, ia pahami pengetahuan fiqh, sastra bahasa arab pun tak luput ia kuasai, bahkna seni dan syair kala itu ia hafal. Satu kata, Menakjubkan.

Begitulah sang Aisyah memberikan kuliah umum kepada wanita-wanita khususnya masa kini. Bahwa kecerdasan, kepintaran, atau penguasaan ilmu bukan hanya milik kaum laki-laki. Wanita harus cerdas, karena madrasah pertama bagi segelumat manusia adalah wanita yang biasa terpanggil Ibu. Jikalah wanita didunia ini memilih menjadi bodoh, maka benar adanya, Dunia akan diisi senafas sedetak manusia bodoh. 

Kecerdasan seorang Aisyah membuatnya bergelar sebagai Al-Mukassirin (orang yang paling banyak meriwayatkan hadist), 297 hadist dalam kitab shahihain dan 174 hadist yang mencapai derajat muttafaq ‘alaih, dengan begitu hampir 2210 hadist beliu hafal. Beliu adalah penghafal hadist setelah Abu Hurairah, Ibn Umar, Anas bin Malik, dan Ibn Abbas. Kecerdasan luar biasa, dan keluar biasaan itu tidak didapat dari berdiam menopang dagu, tetapi bergerak menopang segerak ilmu. Masya Allah.

Maka duhai engkau wanita yang semoga kecerdasan Ibunda Aisyah menyelinap masuk keruang nafasmu, dengarlah keteladan Aisyah dengan telinga amal. Engkau seharusnya berikhtiar untuk menjadi wanita dan ibu yang cerdas. Tugasmu bukan sekedar memasak, tentu koki yang lebih tepat, tugasmu bukan sekedar menyapu, tentu pembantu yang lebih siap, tugasmu bukan sekedar menungguai rumah, tentu satpam yang lebih faham. Tugasmu adalah menjadi manager rumah tangga, agar perjalannya mulus, agar pahala terinvesati memiliar, agar dengan ilmu yang kau punya dapat bergandeng dengan suami, dan agar kecerdasan yang dimiliki menjadi sarana mendidik buah hati tercinta.

Jadilah profesor rumah tangga yang siap membantu suami dengan kesamudraan ilmu, jadilah dosen dalam rumah yang siap mencetak kader-kader Robbani yang bervisi duniawai sekaligus ukhrowi.
Juga, wanita harus berperan aktif membina umat, ranah dakwah wanita bukan hanya didalam rumah. Tetapi bagaimana memastikan bahwa diranah publik pun bisa berbicara banyak, guna menata keserakan taman bumi yang kita injak.

Sungguh tak terbayang jika wanita memilih menjadi manusia bodoh, tentu dunia ini akan semakin bodoh. Timbalah ilmu dengan semangat mendayu dayu, sekolahlah setinggi-tingginya, pesantrenkan diri dengan sebenar-benarnya. Wanita harus siap menjadi partner pemimipin keluarga bernama suami, agar keluarga itu membahagia didunia, menertawa disyuga. Serindang cinta.

Dan sekali lagi, jadilah wanita yang berbicara banyak diranah publik. Yang kesntunan ucapnya menjadi teladan, yang kebaikan akhlaknya menjadi kemanfaatan. Ucapnya didengar, sorotnya ditatap, geraknya ditiru, dan tentu hidupnya bagai sepohon pisang. Kita tahu pohon pisang jika sudah berbuah tak akan berbuah lagi, akan tetapi pohon pisang selalu melahirkan tunas untuk mencipta buah dikemudian lusa. Engkau sebagai manusia yang nafasnya sedang merambat menuju pintu kematian, sebelum nafas menghela pulang maka berikankanla tunas kebaikan, dan sungguh tunas itu tak akan terberi jika engkau hanya tersebut sebagai manusia bodoh.

Duhai engkau wanita, selain kecerdasan yang luar biasa, Ibunda Aisyah juga sosok yang amat tegas dalam menerapkan hukum Allah. Kala itu banyak wanita-wanita pelanggar syariat, dengan berbekal ilmu ia tegur dengan teriak ketegasan. Pun begitu dengan dirimu, tegaslah saat ilmu yang kau miliki mengatakan bahwa ada yang salah didepan sorotan matamu. Tegurlah dengan ucap santun, tegurlah dengan laku anggun.

Putri hawa, engkau yang adalah nafas pertama yang helanya dirasakan manusia, semuanya berawal darimu. Peradabaan tergagah tergantung dari belai didikmu. Jika tak ada ilmu yang bernaung dikepalamu maka terpastikan bumi ini akan hancur, moral akan semakin tercurat keburukan dan tercoret kejahatan. 

Maka jadilah, jadilah wanita secerdas Aisyah. Namun bila mana menyamainya sesuatu yang tidak mungkin...........

Cukup ikhtiarkan dengan belajar, dengan belajar, dan dengan belajar. Serindang tulus, sesamudra keikhlasan, demi terciptanya keindah keanggun serekah senyuman. Disehampar bumi.


1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    terharu dengan kecerdasan dn kesantunan beliau :')

Posting Komentar