Fauzi pun
beranjak pergi, lalu diperjalanan ia
melintasi sebuah mesjid dikomplek itu, “Mang tukang Nasgoooor”, teriak seorang
wanita dengan gamis lebar, kerudung yang menjulur, dan Al-Quran dipelukannya.
Yah.. dia Zaskia yang baru selesai mengisi ceramah.
“Non Zaskia
?” ucap Fauzi secara spontan. “Apa Mang.. Kok Amang tahu nama saya ?”, tanya
Zaskia dengan rekahan senyumnya yang santun. Dengan sedikit tersenyum Fauzi
berucap, “Ohh.. tadi itu kata pembantu mbak...”, dengan agak malu malu
Zaskia berkata, “O iya lupa, Eh.. Salam dariku udah dijawab ?”, “Iya, Waalaikmsalam
“, singkat sekali sang Fauzi menjawab pertanyaan dari wanita secantik dan
secerdas Zaskia.
“O iya,
kelihatannya Amang muda banget, udah lama berdagang dikomplek ini ?”, tanya
Zaskia, “Lumayan Non, hampir tiga tahun“, Fauzi menjawab dengan ciri khasnya,
tersenyum kecil. “O yah, boleh aku panggil kamu akhi ?, kalau panggil Amang
agak gimanaaaa gitu”, tanya Zaskia. “Terserah !”, Fauzi menjawab dengan begitu
singkat. Lalu izin pamit,“Non Saya harus berangkat dulu yah, Assalamualkum..”,
dengan pandangan penuh kesan Zaskia menjawab, “Iya silahkan... Waalaikmsalam
Akhi”
Zaskia
melangkah pulang menuju rumahnya, langkah demi langkahnya tidak biasa, ia
menggenggam erat Al-Quran yang mendekap di dadanya, senyumannya sehelai demi
sehelai mulai terajut... “Astaghfirullah... kenapa si tukang nasgor itu ada
dipikiranku ?” , gumam Zaskia dalam hatinya.
Zaskia
adalah wanita yang begitu taat, ia tak mau perasaannya mengotori kesucian
izzahnya. Ia pun menceritakan sang tukang Nasgor itu kepada Ayahnya, Kiayi Syamsudin.
“Aduh Neeeng neng, ternyata lulusan Al-Azhar bisa jatuh cinta juga yah ?”,
canda Ayahnya. “Baiklah, siapapun dia, Abah akan memintanya untuk menikah
denganmu”, kata Ayahnya. Zaskia pun berkata,“Tapi dia tukang nasgor Abah, dan
Zaskia belum mengenalnya”, “Hehe.. tak kenal maka ta’aruf”. Canda Ayahnya. “Ihh
Abaaah... “, jawab Zaskia dengan agak malu-malu.
Lalu didalam
sebuah mesjid, Fauzi menghamparkan sajadah, ia rapikan kopiah dikepalanya. Sepertiga
malam, itulah waktu terfavorit bagi Fauzi, dimana segala lara ia adukan kepada
Allah dengan doa, segala hilap ia akui kepada-Nya dengan Istihgfar, segala
nikmat ia haturkan terima kasih kepada-Nya dengan hamdallah, dan segala curahan
hati ia bisikkan pada-Nya dengan zikir. Sama seperti halnya Zaskia, Fauzi pun
merasakan ada sebuah getaran yang berbeda, maka ditemani derai air mata fauzi
mengadukan perasaan hatinya pada Allah.
“Ya Allah, engkau
yang telah menciptkan raga ini, dan hamba yakin engkau pula yang menciptakan
perasaan ini. Lukisan wajah wanita itu kini selalu menghiasai dinding hatiku. Ia
terpandang indah hingga mata hatiku tak sanggup berkedip”
“Ya robb, Engkau
maha tahu, Hamba begitu takut, sangat takut. ketakutan ini bukan karena takut
rasa ini tertolak, namun hamba takut jika rasa ini menjadi lumpur dosa yang menghitamkan
taman hatiku yang memang kerdil akan iman, jika memang perasaan ini adalah
sebuah dosa, sungguh lebih baik mata ini buta, daripada pandangannya menelusuk
menuju parasnya yang sungguh membuat hati ini luluh tak berdaya, membuat hati
ini lumpuh tiada kuasa. Ya robb, Ampuni Hamba, Ampuni hamba jika memang perasaan
ini benar benar selumpur dosa”
“Ya robb,
Engkau yang kuasa menyatukan Adam dan hawa, engkau yang kuasa menyatukan
Muhammad dan Khodijah, engkau yang kuasa menyatukan Ali dan Fatimah, maka
sungguh Engkau jua yang kuasa menyatukan hamba dengan wanita itu. Jika ia yang raganya jauh namun bayangnya begitu dekat dihati ini adalah jodohku, segerakanlah
Engkau satukan kami dengan cara-Mu, namun jika memang dia bukan jodohku, maka
hapuslah rasa ini, seperti terhapusnya senja oleh malam, seperti terhapusnya
embun oleh mentari, seperti terhapusnya gelap oleh cahaya.”
“Ya robb,
semoga perasaan cinta ini yang terbit dari ufuk pandangan sekejap mata bukanlah
sebuah dosa, namun jika ini adalah sebuah dosa, maka sekali lagi... Ampuni
hamba ya Allah, Ampni Hamba”
Untaian doa
terangkai bersama butiran air mata, hembusan angin malam bagai selimut yang
menghangatkan dinginnya hati seorang Hasbi, ia ungkapkan cinta pada Allah
tuhannya.
Adzan subuh pun
berkumandang, Fauzi yang masih duduk dekat mata yang memerah karena tersentuh
air mata, ia dekapkan kedua telapak tangan pada wajahnya, suara adzan yang
bergema bagai puisi yang menetramkan hatinya, ia pun bergegas solat berjamah
bersama waraga.
Kiayi
Syamsudin ayah Zaskia yang memperhatikanya dengan spontan menyuruh Fauzi
menjadi imam. Begitu kagetnya Fauzi, bukan ia tidak bisa menjadi imam, tapi
karena ia harus mengimami Kiayi terpandang seperti Kiayi Syamsudin.
“Maaf pak
Kiayi, saya tidak bisa, Kiayi lebih pantas menjadi Imam.”, ucap Fauzi, lalu
dengan sedikit bercanda pak Kiyai berkata,”Hehe.. saya mah udah biasa jadi
imam, sekali kali anak muda laaaah”, Fauzi menoleh kekanan dan kekiri, dan
memang ternyata dimasjid itu hanya dia seorang anak muda yang berjamaah, lainnya kebanyakan orang yang sudah tua.
Dengan
sedikit minder Fauzi pun menjadi imam, seorang pedagang Nasgor menjadi imam
untuk warga dan Kiayai terpandang.
Setelah
selesai solat subuh sang Kiayi bertanya, “Nama kamu siapa anak muda ?”, “Nama
saya Fauzi pak Kiayi, Fauzi Choerul Anam”, jawab Fauzi dengan suara santun. “Kamu sudah
siap nikah ?”, tanya sang Kiayi lagi.”Apa pak Kiayi ?, maksudnya ?”, jawab
Fauzi dengan sedikit kebingungan. Sang Kiayi pun menjelaskan, “Gini nak, ada
seorang Akhwat, ia sangat cantik dan masih muda, ia lulusan Al-Azhar Kairo, dengan
penuh pengharapan ia ingin engkau meminangnya sebagi istri”, “Apa pak Kiayi,
siapa ?, siapa akhawat itu ?”, ucap Fauzi dengan kaget. “Ya udah, sekarang kamu
ikut saya kerumah, nanti kamu akan tahu siapa Akhwat itu” kata sang Kiayi. “Baik
pak Kiayi”, Fauzi langsung menurut karena rasa hormat yang besar pada Kiayi Syamsudin.
Telapak kaki
Fauzi sampai disebuah rumah, betapa kagetnya Fauzi, saat rumah itu adalah rumah
Zaskia, yang ternyata ia baru sadar bahwa zaskia dalah putri Kiayi Syamsudin.
Fauzi duduk dengan tenang mengadap Sang Kiayi. “Zaskiaaaa, sini nak !”, teriak
Sang Kiayi.
Bagimana Kisah
selanjutnya ?
Apa yang
terjadi dipertemuan itu ?
To be
Continued ^_^
0 komentar:
Posting Komentar