Hani pun berangkat sendiri meminjam motornya Hasbi, dengan
raut wajah yang agak memerah, namun tak bisa menyembunyikan senyumnya. Entah
apa yang terjadi, sepanjang perjalanan senyumannya tak bisa berhenti merekah.
Angin yang berhembus bagai membisikan sebuah pesan, bahwa ada panah cinta yang akan
melumpuhkan hati seorang Hani. Suara motor bagai dendang yang menyanyikan
syahdunya lagu cinta. Ia bagai melaju dengan sepasang kuda yang membawanya menuju
istana bernama cinta. Jatuh cinta !, yah.. seorang Hani yang sarjana jatuh
cinta pada Hasbi yang seorang tukang ojek.
Namun didalam hati Hani sedang terjadi peperangan dahsyat
antara cinta melawan logika, dentuman-dentuman kebingungan telah menghancurkan
kota hatinya. Senjata demi senjata penuh tanya tak henti menembaki rumah
jiwanya.
Disisi lain persaan cinta bagai sambaran petir, ia menyambar
pada siapapun yang berdiri diatas kilatannya, tak peduli usia, tak peduli
pekerjaan, tak peduli siapapun. Yang pasti mereka yang hatinya terbakar api
cinta tidak akan mampu memadamkan baranya. Ia hanya mampu menari mengelilingi kobarannya
yang sedang asyik mengunggun.
Tetapi disisi lain logika bagai matahari yang mengusir embun
cinta yang sedang bersemayam didedaunan hati, Hasbi yang hanya seorang tukang
ojek sedang yang Hani seorang dosen muda. Perbedaan keduanya membuat bunga cinta menjadi layu, bagai daun putri malu yang
terungkup saat tersentuh.
Hani bergumam dalam hati, “Duhai diri... Benarkah engkau
sedang jatuh cinta kepada lelaki itu ?, tidak !... engkau tidak boleh jatuh
cinta pada lelaki itu yang hanya tokang ojek. Kamu itu dosen !, kamu itu
berpendidikan !, kamu itu sempurna duhai diri !,... tapi aku jatuh cintaaaa....
aku jatuh cintaaaa”. Hani bagai sedang berdebat dengan dirinya sendiri, Apakah
cinta harus disemikan, atau logika yang harus disimpan ?
Setelah sampai dikampus Hani meminta temannya untuk
mengembalikan motor Hasbi, namun ia berinisiatif akan memberikan pekerjaan yang
lebih layak untuk Hasbi. Hani pun menyuruh temannya untuk mememinta alamat
Hasbi.
Keesokan harinya Hani kerumah Hasbi untuk menawarkan
pekerjaan, kebetulan ada ketua satpan kampus yang mengundurkan diri.
“Bang... saya mau menawarkan pekerjaan kepada abang sebagai
ketua satpam, kebetulan yang dulu mengundurkan diri, saya disuruh pengurus
untuk mencarikan, Abang mau ?”, tawar Hani. Lalu dengan wajah tertunduk Hasbi
menjawab, “Maaf Neng, saya tidak bisa menerima tawaran Eneng ?”, dengan sedikit
kebingungan Hani bertanaya, “Lho kenapa ?, gajinya lumayan lho, dan aku juga
tidak akan memintamu memboncengku ko!”. Dengan wajah yang masih tertunduk
Hasbi menjawab, “Iya saya tahu.. tapi sekali lagi maaf, saya tidak bisa menerima tawaran Eneng”.
Mendengar jawaban itu Hani semakin bingung, “Tapi kenapa kamu menolak ?”, tanya
Hani. Belum sempat menjelaskan ada seseorang berteriak didalam rumah”.
“Aduuuuuuuuuuuhhhh. Toyyoooongg, Haesbi toyyoooong”,
mendengar jawaban itu Hasbi langsung lari kekamar. “Ibu.. ibu kenapa ?, Ya
Allah ibu jatuh lagi yah ?, maafin Hasbi ibu... tadi ada tamu, Ibu maafin Hasbi
tidak menjaga Ibuuu”, ucap Hasbi denga wajah sangat kawatir.
Ialah Ibunda Hasbi yang sedang lumpuh, Hani tiada mampu
menyembunyikan kekaguman atas kesolehan Hasbi. “Bang itu siapa ?”, tanya Hani. Sembari
memeluk ibundanya Hasbi menjawab, “Ia Neng, ini Ibunda saya, sudah 5 tahun
beliau lumpuh, dan saya harus meninggalkan bangku kuliah walau sebenarnya saya
mendapat beasiswa., karena dirumah tidak ada siapa-siapa. Saya putuskan
mengasuh ibunda. Dan maaf, saya menolak tawaran Neng buat kerja bukan apa-apa, saya ingin kerja
dengan bebas agar bisa merawat ibunda ketika dibutuhkan,. Dan saya memilih
menjadi tukang ojek.”
Tangisan Hani seketika pecah, namun cinta yang tertanam
semakin tumbuh. Akarnya semakin menancap dalam qolbu, batangnya semakin kokoh
dalam jiwa, dedaunannya semakin rindang dalam hati, dan buahnya semakin lebat
dalam jantung.
Kesolehan seorang Hasbi membuat Logika kalah bertarung
dengan cinta, Hani semakin mantap untuk mengungkapkan rasa pada Hasbi.
Hani bergegas pulang, ia melaju dengan mobilnya. Sebelum
meninggalkan pagar rumah hani berteriak kencang... “MAS SIAPA NAMANYAAAA ?”,
spontan terjawab, “ABDULLAH...”
( HEHE.. Kaya film KCB :D ) | serius bgt bacanya :P
( HEHE.. Kaya film KCB :D ) | serius bgt bacanya :P
Bagaimana Cara Hani mengungkapkan cinta pada Hasbi ?
To be Continued ^_^
0 komentar:
Posting Komentar