Bukan Ayat Ayat Cinta 4

Senin, 19 Mei 2014


Telapak kaki Fauzi sampai disebuah rumah, betapa kagetnya Fauzi, saat rumah itu adalah rumah Zaskia, yang ternyata ia baru sadar bahwa zaskia adalah putri Kiayi Syamsudin. Fauzi duduk dengan tenang menghadap Sang Kiayi. “Zaskiaaaa, sini nak !”, teriak Sang Kiayi. “Iya Abaaah, sebentaaar “, ucap Zaskia.

Selangkah demi selangkah Zaskia menuju ruang tamu, wajah zaskia begitu cantik waktu itu, kerudungnya yang bermotif ungu muda dengan bros bunga melambangkan keanggunan, gamisnya yang menjulur santun melambangkan kesolehahan, dan raut wajahnya yang mempesona melambangkan kecantikan , ia bagaikan cleopatra abad ini.

Namun seperti biasa, secantik apapun wanita yang ada dihadapannya tidak membuat seorang Fauzi terpesona, ia hanya tersenyum kecil dan tetap tertunduk menandakan kuatnya keimanan seorang Fauzi.

“Assalamualkum Akhi”, sambut Zaskia, “Waalaikmsalm”, jawab Fauzi dengan singkat.

“Nah.. ini akhwat yang saya maksud anak muda”, ucap Kiayi Syamsuddin mengawali pembicaraan.”O iya pak Kiayi, kalau Zaskia saya udah kenal, kebetulan Zaskia adalah pelanggan Nasgor saya”, kata Fauzi. “Gimana anak muda, kamu bersedia bertaaruf untuk selanjutkan diteruskan ke jenjang pernikahan dengan Zaskia ini ?”, tanya sang Kiayai.”Tapi pak Kiayi..”, jawab Fauzi. “Tapi kenapa anak muda ?” tanya Pak Kiayi lagi.

Sebelum menjawab pertanyaan itu datanglah Fitri sang pembantu membawakan minum dan makanan ringan , “Diminum mas”, ucap Fitri.”O iya makasih”, kata Fauzi.

“Anak muda, lanjutkan jawaban kamu, bisakah menikah dengan Zaskia”, tanya Kiayai lagi. Sebelum menjawab datang anak-anak fitri berlarian menuju ruang tamu.”Waaaah ada mas ganteeeeeng”, kata Zahra anak fitri dengan nada polos.”Hus gak boleh gitu Zahra”, tegur Fitri. Spontan tangan Fauzi langsung merangkul Zahra yang memang begitu lucu-lunya, Fatih anak pertama Fitri pun ikut duduk disamping Fauzi.

Melihat pemandangan itu Fitri langsung keluar, ia menangis terisak isak. Ia teringat almarhum suaminya dulu yang ketika anak-anaknya nakal suaminya tidak pernah marah, suaminya selalu merangkul Zahra dan Fatih dengan penuh kehangatan.

Obrolan antara Fauzi dan Pak Kiayi pun dilanjutkan, Zaskia hanya terdiam menyimak. “Jadi bagaimana anak muda ?” kata pak Kiayi, dengan wajah yang sedikit meneyesal Fauzi berkata.”Maaf pak Kiayi, saya tidak bisa menikah dengan Zaskia”

Mendengar jawaban itu hati Zaskia begitu hancur, hatinya luluh lantah  melebihi luluh lantahnya kota Hiroshima dan Nagasaki oleh bom atom, atau luluh lantahnya gedung WTC New York oleh serangan mematikan, atau banda Aceh yang luluh lantah oleh tsunami yang dahsyat.

Jiwanya tercabik-cabik, ia terbesit pedang ketidak percayaan. Harapan Zaskia untuk merajut mahligai sakinah bersama Fauzi pupus sudah.

“Apa ?, kamu menolak Zaskia, apa alasanmu anak muda ?”, tanya sang Kiayi.”Maaf sebelumnya pak Kiayi, Zaskia. Alasannya karena saya mencintai wanita lain”, jawab Fauzi dengan sedikit merasa bersalah. “O yah, siapa wanita itu ?”, tanya Zaskia.” Sebelum menjawab pertanyaan itu saya harus jelaskan, tujuan saya menikah bukan sekedar karena ada rasa cinta, tujuan saya menikah juga bukan karena adanya kebutuhan biologis, tujuan saya menikah adalah untuk mendapat kebaikan. Jika saya menikah dengan Zaskia mungkin saya hanya mendapat satu kebaikan, tetapi jika saya menikah dengan wanita itu insha allah saya mendapat tiga kebaikan”, Fauzi memberi penjelasan.

“Akhi, tolong  jawab siapa wanita itu ?”, tanya Zaskia dengan raut penasaran. “Saya tidak kenal siapa namanya”, jawab Fauzi.”Lho kok gak kenal ?”, tanya Kiayi Syamsuddin yang juga sedikit penasaran.”Saya gak kenal nama wanita itu, tetapi yang pasti... wanita itu adalah ibu dari anak-anak ini”, jawab Fauzi sambil mengusap rambut Zahra dan memeluk Fatih.

“Apa ?, maksud kamu pembantu saya, Fitri ?”, tanya sang Kiayi.”Iya pak Kiyai” jawab fauzi dengan raut wajah yang memberi pesan permohonan maaf.

“Jadi kamu mencintai Mbak fitri ?”, tanya Zaskia. Fauzi mencoba menjawab dengan halus. ”Iya, saya mencintai fitri karena kegigihannya mendidik dan menghidupi kedua anaknya, ia mengingatkan ku dengan kegigihan bunda Siti Hajar yang berlari dari Sofa ke Marwah demi mencari minum untuk anaknya Ismail, itulah yang membuat aku jatuh cinta pada Fitri ini”

“lalu apa maksud kamu anak muda, mengatakan bahwa menikah dengan Zaskia hanya mendapat satu kebaikan, sedang denga Fitri tiga kebaikan ?”, tanya pak Kiayi.

Fauzi menjawab.“Begini pak Kiayi, jika saya menikah dengan Zaskia mungkin saya hanya mendapat kebaikan karena telah menjalankan sunnah Nabi, namun jika saya menikah dengan Fitri saya insha Allah mendapat tiga kebaikan. Pertama kebaikan karena telah menjalankan sunnah Nabi, Kedua kebaikan karena telah mengembalikan Fitri kepada tugasnya sebagai istri dan Ibu yang menjadi tulang rusuk, bukan menjadi tulang punggung. Dan yang ketiga kebaikan karena saya akan menjadi Ayah bagi anak yatim ini, mereka butuh kehangatan seorang Ayah, saya ingin mendidik dan mnghidupi mereka, agar kelak menjadi generasi robbani”

Seketika tangisan Zaskia pecah, dengan penuh ketulusan Zaskia berkata “Masha Allah, demi Dzat yang menciptkan cinta dari rahim kebaikan, demi Dzat yang menerbitkan kasih dari ufuk kesolehan, saya ikhlas Engkau menikah dengan Mbak Fitri. Saya tidak merasa sakit hati, justru inilah kisah yang mengajarkan saya. Bahwa cinta bukan sesuatu yang harus memiliki, tetapi cinta adalah sesuatu yang harus meneduhi. Dan sungguh... kebaikanmu bagai pohon rindang yang meneduhi seorang janda, dan meneduhi anak yatim”

Fitri mendengar pecakapan itu dibalik tembok dapur, dihatinya ada perasaan senang dan sedih, senang karena tak dibayangkan ada seorang pangeran tampan dan baik ingin meminangnya, sedih karena tidak enak kepada Zaskia yang sedari dulu mencintai Fauzi.

Namun atas desakan hati, desakan Zaskia, dan tentunya desakan pak Kiayai, Fitri tak kuasa menolak pinangan Fauzi, karena sesungguhnya Fitri juga menyimpan rasa pada Fauzi saat Fauzi memberikan nasgor untuk anak-anaknya.

“Asyiiiiiikkk, mas ganteng bakal jadi papanya Zahra, horeee”, ceplos Zahra.

Semuanya tersenyum indah dengan kepolosan Zahra.


Begitulah,.. Cinta hendaknya tidak mencari keinginan, tetapi cinta hendaknya mencari kebaikan. Jika cinta bergandengan tangan dengan kebaikan, maka ia akan menemukan syurga sebelum syurga. 

Sekian ^_^



0 komentar:

Posting Komentar